PEMIKIRAN KEYNES
Pada tahun 30-an dunia mengalami krisis ekonomi yang sangat dahsyat. Teori - teori ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-pakar klasik dan neo-klasik seolah lumpuh tak berdaya. Dalam situasi tak menentu itu munculah tokoh yang sangat berpengaruh dalam ekonomi, yaitu John Maynard Keynes (1883-1946). Keynes mula-mula memperoleh pendidikan di Eton. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke King's College dengan bidang utama matematika. Ia juga memperdalam ilmu falsafah melalui gurunya Alfred whitehead. Pelajaran-pelajaran ekonomi ia peroleh di bawah bimbingan Alfred Marshall dan A.C Pigou. Ia juga diberi gelar "baron" atas bantuannya dalam perjanjian Bretton Woods tahun 1946 dan dalam pembentukan badan Moneter internasional IMF (International Monetary Fund).
A. Karya-karya Keynes
Tahun 1913 ia menulis Indian Currency and Finance, yang memperlihatkan ketertarikannya pada masalah-masalah moneter. Dalam bukunya : The economic Consequences of The Peace, ia banyak mengkritik cara-cara yang digunakan oleh negara yang menang dunia pertama dalam menekan negara yang kalah perang. Pada tahun 1936, Keynes menerbitkan bukunya yang paling terkenal: The General Theory of Employment, Interest, and Money. Dalam bukunya itu diungkapkan bahwa penghasilan dan peluang/lowongan kerja itu ditentukan oleh jumlah pengeluaran swasta dan negara. Pendapat ini dinilai para ahli ekonomi dunia sebagai suatu penyimpangan dan tradisi Neo-Klasik dan akhirnya menciptakan mazhab baru, mazhab ekonomi modern yang biasa dikenal dengan sebutan mazbab Keynes.
B. Kritikan Keynes terhadap Teori Klasik
Teori J.B Say yang menekankan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri, hal ini dikritik oleh Keynes sebagai sesuatu yang keliru. Dalam kenyataannya biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran dan tidak semua pendapatan masyarakat itu dibelanjakan tapi juga ditabung. Hal ini berarti jumlah konsusmsi lebih kecil dari pendapatan dimana tidak semua produksi diserap masyarakat. Terbukti pada tahun 1929-1930 saat terjadi kelebihan produksi dalam jumlah besar sedangkan daya beli masyarakat terbatas. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan terpaksa mengurangi produksi dan melakukan rasionalisasi, yaitu mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran dalam jumlah besar dan penurunan pendapatan masyarakat secara drastis. Menurut Keynes, teori Say hanya berlaku untuk perekonomian tertutup sederhana yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja. Namun untuk perekonomian masyarakat maju yang telah mengenal tabungan maka sebagian pendapatan akan ditabung yang berarti arus pengeluaran tidak sama dengan pendapatan.
Pendapat Keynes tersebut dibantah oleh kaum klasik dengan dalih bahwa tabungan tersebut akan dihimpun oleh lembaga keuangan dan akan disalurkan pada investor sehingga tabungan akan selalu sama dengan investasi. Dengan demikian investasi akan menyebabkan keseimbangan kembali terwujud.
Keynes membantah pandangan klasik tersebut karena motif orang menabung tidak sama dengan motif orang berinvestasi. Pengusaha berinvestasi dengan motif memperoleh keuntungan sedangkan rumah tangga menabung dengan motif beragam salah satunya untuk berjaga-jaga, misalnya untuk menghadapi kecelakaan. Perbedaan motif ini menyebabkan jumlah tabungan tidak sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama itu hanya kebetulan bukannya keharusan.
Keynes juga mengkritik pandangan kaum klasik yang mengatakan full employment akan selalu tercapai. Dalam kenyataannya pasar tenaga kerja tidak selamanya tercapai full employment. Dimanapun para pekerja mempunyai serikat kerja yang selalu memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Yang berarti tidak semua buruh akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang ditawarkan perusahaan.
C. Peran Pemerintah dalam Perekonomian
Dari hasil pengamatan tentang depresi ekonomi maka Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu peran pemerintah justru diperlukan. Misalnya kalau terjadi pengangguran maka pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya sehingga sebagian pengangguran mendapat pekerjaan yang akhirnya akan menambah pendapatan masyarakat. Dan jika harga-harg naik dengan cepat, maka pemerintah dapat menarik jumlah uang yang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi sehingga inflasi tinggi tidak akan terjadi.
Dari berbagai kebijaksanaan yang diambil, Keynes lebih mengandalkan kebijakan fiskal karena pemerintah dapat mempengaruhi jalannya perekonomian dengan menyuntikkan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek yang mampu menyerap tenaga kerja. Terutama dalam kondisi dimana sumber-sumber daya belum diserap secara penuh, kebijaksanaan ini sangat ampuh untuk meninggkatkan output dan memberantas pengangguran.
Keynes menganggap campur tangan pemerintah merupakan keharusan terutama disaat perekonomian berjalan tidak sesuai seperti yang diharapkan. Dengan kata lain pemerintah bertanggung jawab sebagai pengendali jalannya perekonomian sehingga dapat berjalan sesuai dengan keinginan.
Pokok-pokok pikiran Keynes tersebut di atas membawa beberapa pembaruan radikal dalam ilmu ekonomi. Yang pertama, mulai diperhatikannya dimensi global atau agregat (makro) dalam analisis ilmu ekonomi. Dengan demikian ilmu ekonomi telah berkembang menjadi ilmu ekonomi makro. Kedua, dimasukkannya peranan pemerintah dalam analisis ilmu ekonomi telah menimbulkan pentingnya peranan analisis kebijakan (policies analysis). Ketiga, dengan dirasa perlunya analisis kebijakan, maka dirasakan perlunya studi-studi empiric. Dengan demikian terjadi perubahan/penyempurnaan metodologi dalam analisis ekonomi, dari hanya mengandalkan metode deduktif menjadi juga menggunakan metode induktif. Tidak berlebihan jika Keynes dihormati sebagai bapak ilmu ekonomi makro, sekaligus ekonom perintis studi induktif.
NEO-KEYNES DAN PASCA KEYNES
A. Tokoh-tokoh Keynesian
1. Alvin Harvey Hansen (1887-1975)
Alvin Hansen adalah pakar ekonomi lulusan Harvard University yang paling setia dan mengagumi karya-karya Keynes. Sebagai ahli ekonomi yang cukup disegani, ia banyak menulis karya ilmiah. Dalam hal ini ada tiga buku Hansen yang paling menonjol. Pertama, Fiscal Policy adn Business Cycle (1941); kedua, Business Cycles and National Income (1951) dan terakhir, A.Guide to Keynes (1953). Buku pertama dan kedua lebih banyak ditujukan untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan fluktuasi ekonomi, apa-apa saja faktor-faktor penyebabnya dan yang lebih penting lagi, bagaimana cara mengantisipasi fluktuasi ekonomi tersebut. Buku Hansen ketiga, A Guide to Keynes sangat berjasa dalam penyebarluasan pemikiran-pemikiran Keynes, yang oleh beberapa kalangan (termasuk kalangan ahli ekonomi sekalipun), terlalu sulit dicerna dari buku aslinya: The General Theory. Dalam buku tersebut Hansen menyusun pemikiran-pemikiran Keynes dalam suatu kerangka analisis yang lebih sistematis dari buku aslinya sendiri. Hansen mengaitkan permasalahan mengenai pendapatan nasional, investasi, & keseimbangan kerja dengan gerak gelombang atau fluktuasi ekonomi.
2. Simon Kuznets (1901-1985)
Pada awalnya Kuznets seorang ahli statistik, yang banyak berkecimpung dengan pengumpulan dan analisis data, termasuk didalamnya data ekonomi. Karena banyak mengumpulkan data-data ekonomi kemudian ia menjadi tertarik dengan bidang ekonomi. Karya-karyanya antara lain National Income and Its Composition: 1919-1938 (1941), Economic Change (1953) dan Modern Economic Grouth, Rate, Structure and Spread (1960). Berkatnya pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diwujudkan secara kuantitatif-empiris, dan hubungan antara pendapatan nasional, konsumsi, tabungan, pengangguran, inflasi, dan harga-harga dapat dikaji dan diamati menurut analisis kurun waktu.
3. John R. Hicks (1904-....)
Hicks berjasa dalam mengembangkan pemikiran Keynes, salah satunya dengan merangkai teori-teori ekonomi mikro kedalam keranggka teori makro Keynes melalui pendekatan matematika (Value and capital 1937). Selain itu Hicks dan Hunsen juga memperkenalkan analisis IS-LM yang sangat populer dikalangan mahasiswa yang mempelajari ilmu ekonomi makro, yang juga bermanfaat dalam menjelaskan hubungan antar berbagai variable perekonomian. Dalam pembahsannya tentang keseimbangan umum, ia berpijak pada teori-teori ekonomi mikro. Namun satu dan lain halnya dikaji dengan memperhatikan serangkaian unsur dinamika dan juga hubungannya dengan teori ekonomi moneter.
4. Wassily Leontief (1906-...)
Leontif adalah pakar ekonomi kelahiran Rusia yang membelot ke Amerika Serikat. Leontif sangat berjasa dalam mengembangkan teori input-output, teori ini dapat diikuti dalam buku-bukunya Studies in the Structure of American Economy; theoretical and Emperical Exploration in Input-Output Analysis (1953), dan The Future of world Economy (1976). Dengan menggunakan analisis ini kegiatan dan keterkaitan antara sektor-sektor ekonomi dalam tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh dapat dilihat. Dan analisis ini biasa diaplikasikan dalam semua sistem–sistem ekonomi secara keseluruhan.
5. Paul Samuelson (1915-...)
Samuelson memperoleh pendidikan ekonomi dari Harvard, Samuelson memperoleh gelar Ph.D dalam usia 26 tahun dan pada usia 32 tahun sudah menjabat professor di Massachussetts Institute of Technologi. Dia memperoleh hadiah John Bates Clark (hadiah bagi pakar ekonomi muda dibawah 40 tahun). Memperlihatkan bagaimana perdagangan luar negeri dimasukkan dalam kerangka umum teori ekonomi makro. Atas jasanya banyak negara yang lebih terdorong untuk lebih membuka pasarnya terhadap perekonomian internasional. Mem-perlihatkan bagaimana hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini saling memperkuat antara faktor pengganda (multiplier) dengan accelerator dapat dijelaskan secara sederhana. Permintaan efektif masyarakat dipengaruhi oleh autonomous investment (investasi yang besarnya ditentukan oleh perekonomian itu sendiri). Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi berlipat ganda karena adanya multiplier, besarnya angka pengganda atau multiplier ini sangat ditentukan oleh kecenderungan mengonsumsi (propensity to consume) masyarakat. Makin besar kecenderungan mengkonsumsi, makin besar angka pengganda, makin besar pula dampak investasi terhadap perekonomian. Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi jauh lebih besar karena adanya akselerator. Prinsip akselerator secara sederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam jumlah investasi. Perubahan dalam investasi menyebabkan bertambahnya pendapatan nasional melalui proses akselerasi, yang bersifat kumulatif. Interaksi antara multiplier & akselerator berdampak terhadap pendapatan nasional menjadi semakin berlipat ganda.
B. Teori Gelombang Perusahaan (Business Cycle)
Pada masa lalu masalah gelombang perusahaan hanya dibahas selintas, dan fluktuasi ekonomi ini hanya dibahas segelintir saja karena melekatnya pendapat masyarakat pada paham klasik yang mengatakan bahwa perekonomian akan selalu menuju pada suatu keseimbangan dan tidak akan terjadi guncangan-guncangan.
Pakar-pakar yang agak intensif membahas teori fluktuasi, termasuk pakar yang cenderung anti dengan pandangan klasik. Pakar itu antara lain Sismondi, Marx, Veblen. Kontribusi Marx yang paling penting bagi pemahaman kita tentang siklus ekonomi yaitu terdapat pada dua prinsip. Pertama , fluktuasi ekonomi melekat dalam sistem kapitalis, sebab fluktuasi terjadi karena kekuatan-kekuatan yang ada dalam sistem ekonomi. Kedua , penyebab utama siklus ekonomi ditemukan dalam kekuata-kekuatan dalam menentukan investasi. Pembahasan tentang teori fluktuasi ekonomi mendapatkan perhatian lebih serius pada era sesudah Keynes karena mereka memerlukan teori-teori yang mampu menjelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan perekonomian menjauh dari posisi keseimbangan sehingga tidak stabil. Penyebab fluktuasi sangat banyak. Menurut kaum neo-keynesian, fluktuasi terjadi karena terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi. Selain itu fluktuasi juga terjadi karena tidak hanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan kerja penuh.
Bagi kaum neo keynesian ada dua penyebab utama fluktuasi, pertama, perubahan pada tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi. Kedua, tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan kesempatan kerja.
C. Teori Pertumbuhan Pembangunan
Pakar yang lebih serius mengembangkan teori pertumbuhan adalah Schumpeter yang telah meletakkan dasar pengembangan teori pertumbuhan ekonomi dalam tulisanya The Theory of Economic Development. Bagi Schupmpeter, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah enterprenuer. Enterprenuer bukan hanya seorang pengusaha , mmelainkan seorang yang mau menerima risiko dan mengintrodusiasi prooduk-produk dan teknologi baru bagi masyarakat. (Delianorv : 2007)
Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan masyarakat yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru. Menurut Schumpeter, depresi tahun 30-an bukan karena kelemahan sistem kapitalis, tapi justru karena kekuatannya. Pada saat itu perkonomian berada dalam salah satu titik terendah dalam dalam satu gelombang panjang, dan jika saat itu ditemukan inovasi dan tekhnologi baru, perekonomian akan baik kembali. (Delianorv : 2007)
Dalam buku The Stage of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto (1960), Walt Withman Rostow (1916-…) menyatakan bahwa Negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap sbb:
1. Tahap tradisional statis. Tahap ini dicirikan oleh keadaan IPTEK yg masih sangat rendah & belum begitu berpengaruh terhadap kehidupan. Perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik juga masih bersifat kaku.
2. Tahap Transisi (pra take-off).Pada tahap ini Iptek mulai berkembang, produktivitas semakin meningkat & industri semakin berkembang. Tenaga kerja beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, & struktur sosial-politik semakin membaik.
3. Tahap lepas landas.Tahap ini dicirikan oleh keadaan suatu hambatan-hambatan sosial politik yang umumnya dapat diatasi, tingkat kebudayaan & IPTEK semakin maju, investasi & pertumbuhan tetap tinggi, & mulai terjadi ekspansi perdagangan ke luar negeri.
4. Tahap dewasa (maturing stage). dalam tahap ini masyarakat semakin dewasa, dapat menggunakan Iptek sepenuhnya, terjadi perubahan komposisi angkatan kerja, di mana jumlah tenaga kerja yang skilled lebih banyak dari yang aunskilled, serikat-serikat dagang & gerakan-gerakan buruh semakin maju & berperan, pendapatan perkapita tinggi.
5. Tahap konsumsi massa (massa consumption).Tahap raini merupakan tahap terakhir. Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan dirasakan aman tentram, laju pertumbuhan penduduk semakin rendah. Proses yang dijelaskan Rostow ini hanya bias berlangsung jika dipenuhi oleh kondisi dimana pemerintahan yang stabil; adanya perbaikan dalam tingkat pendidikan; adanya sekelompok innovator dan wiraswastawan yang mampu memanfaatkan tabungan masyarakat dan mengembangkan perdagangan.
D. Kebijaksanaan Fiskal VS Moneter
Keynes telah berusaha menemukan struktur teoritis yang dapat digunakan untuk Memformulasikan kebijaksanaan kebijaksanaan ekonomi makro untuk menstabilkan perekonomian. Pada periode neo- Keynesian maupun pasca – Keynesian usaha-usaha tersebut tetap dilanjutkan. Salah satu isu yang selalu diperdebatkan para pakar antara tahun 50-an dan 60-an ialah: mana yang lebih efektif, kebijaksanaan fiscal atau kebijaksaan moneter. Beberapa pakar, dipimpin oleh Keynes dan diikuti oleh para pendukungnya menganggap kebijaksanaan moneter yang dilakukan dengan memanipulasi jumlah uang beredar tidak efektif dalam usaha menstabilkan perekonomian. Sebaliknya, mereka percaya bahwa kebijaksanaan yang lebih ampuh dalam menstabilkan ekonomi adalah kebijaksanaan Fiskal. Misalnya, dalam menghadapi fluktuasi ekonomi kaum neo-keynesian percaya banyak factor yang menyebabpkan terjadinya fluktuasi tersebut kelompok Neo-keynesian setuju dengan kaum Monetaris yang mengatakan bahwa ada kaitan erat dengan level aktivitas ekonomi dengan perubahan Moneter. Kaum monetaris percaya perubahan moneter yang mempengaruhi perubahan-perubahan dalam pendapatan nasional sebaliknya kaum Neo-Keynesian percaya bahwa perubahan dalam factor-faktor yang menentukan pendapatan nasional menyebabpkan terjadinya perubahan Moneter. Kelompok Non- Keynesian lebih suka menggunakan kebijaksanaan pendapatan (Income Policies), baik dalam bentuk Invervensi langsung maupun tidak langsung dalam mengontrol tingkat-tingkat harga dan upah insentif pajak.