Sabtu, 09 Maret 2019

ALIRAN SEJARAH (HISTORIS) DAN ALIRAN INSTITUSIONAL

ALIRAN SEJARAH (HISTORIS)
 
      Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan  pada perspektif sejarah. Pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari aliran utama (mainstream) yang berawal dari kaum klasik.

A. Serangan terhadap Metode Klasik
      Dalam pandangan kaum klasik, perekonomian diserahkan pada kekuatan pasar. Setiap orang dibebaskan berbuat demi kepentingan masing-masing. Pada akhirnya melalui invisible hand, akan tercipta suatu harmoni secara keseluruhan. Pemikiran seperti ini dikecam oleh pakar-pakar sejarah, sebab dinilai terlalu mekanitis. Mereka menghendaki agar hal ini diganti dengan dasar pemikir yang lebih etis.
      Pemikir-pemikir sejarah dengan gencar menyerang metode pendekatan deduktif yang digunakan kaum klasik. Menurut kaum sejarah metode deduksi ini sering tidak sesuai dengan realita. Oleh karena itu, metode tersebut dapat membawa kepada kekeliruan. Pemikir sejarah menawarkan metode induktif-historis untuk mengatasi kelemahan teori deduksi. Dengan metode ini, mereka mengumpulkan kenyataan-kenyataan ekonomi dari sejarah. Dari data yang dikumpulkan ini kemudian diambil kesimpulan umum.

B. Tokoh-tokoh Aliran Sejarah
   1. Friedrich List (1789-1846)
      MenurutList, sistem perdagangan bebas yang dianjurkan kaum klasik jelas tidak cocok untuk keadaan di Jerman pada waktu itu, yang keadaan industrialisasinya sedikit tertinggal.Untuk memajukan perekonomian Jerman, List menyarankan agar pemerintah menyusun berbagai kegiatan ekonomi sebagai  bagian dari kegiatan produktif dan kemampuan nasional. Dua sektor utamayang sangat menentukan perekonomian nasional adalahsektor  pertanian dan industri.
   2. Bruno Hildebrand (1812-1878)
      Dalam melakukan penelitian-penelitian ekonomi, Hildebrand menekankan perlunya
mempelajari sejarah.
Menurut Hildebrand, dilihat dari cara tiap kelompok masyarakat dalam melakukan tukar-menukar dan berdagang, kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat dibedakan atas tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
a. tukar-menukar secara in-natura atau barter,
b. tukar-menukar dengan perantaraan uang,
c. tukar-menukar dengan menggunakan kredit.
   3. Gustav von Schmoler (1839-1917)
      Schmoler berpendapat bahwa perlunya kelenturan dalam perekonomian dan memberi ruang pada pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Pandangan Schmoler sedikit berbeda dengan pandangan tokoh-tokoh sejarah lainnya. Jika tokoh-tokoh aliran sejarah yang lainnya
menghendaki agar kebijaksanaan juga menyangkut politik sosial. Lebih jauh lagi, kebijaksanaan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum buruh dengan diberlakunya undang-undang untuk melindungi kaum buruh dari penindasan kaum pengusaha.
   4. Werner Sombart (1863-1941)
      Dari hasil penelitiannya Sombart
mengatakan bahwa pertumbuhan masyarakat kapitalis dapat dibedakan atas beberapa
tingkatan yaitu:
a. Tingkat pra-Kapitalisme
    Kkehidupan ekonomi masih bersifat komunal; struktur sosial masih berat ke pertanian; kebutuhan manusia masih kurang / rendah; uang belum dikenal.
b. Tingkat Kapitalisme Menengah
     Bersifat komunal tetapi telah memperlihatkan ciri-ciri individualistis; struktur pertanian-industri mulai berkembang; masyarakat sudah mengenal uang; motif laba maksimum mulai tampak.
c. Tingkat Kapitalisme Tinggi
    Ciri masyarakat komunal mulai hilang; paham individualisme mulai menonjol; struktur ekonomi semakin berat ke industri dan perkotaan; peran uang semkain menonjol; motif laba maksimum makin kelihatan.
d. Tingkat Kapitalisme Akhir
    Sikap individualisme yang sangat tinggi; industri meluas ke padat modal; mulai dikenal uang giral; motif laba maksimum sangat tinggi.
   5. Max Weber (1864-1920)
     Max Weber adalah ahli sosiologi yang mana ilmu ekonomi dan sejarah ekonomi juga dimasukkan sebagai bagaian dari ilmu sosiologi. Dalam bukunya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism
(1985). Ia melihat pengaruh ajaran-ajaran agama tertentu terhadap kemajuan ekonomi, dalam buku tersebut bahwa ada pengaruh nyata agama protestan terhadap perilaku dan kemajuan ekonomi.
    6. Henry Charles Carey (1793-1879)
      Dalam salah satu karyanya: Principles of Social Science, Carey menekankan perlunya diversifikasi industri untuk menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas. Bagi Carey, hanya bangsa petani bodoh yang secara berkelanjutan mengekspor barang-barang mentah, dan menerima imbal-tukar produk-produk lain dalam jumlah sedikit.

ALIRAN INSTITUSIONAL

A. Thorstein Bunde Veblen (1857-929)
      Veblen adalah anak seorang petani miskin yang melakukan imigrasi dari Norwegia ke  Amerika. Dalam keluarga petani miskin ini, agaknya latar belakang kehidupan yang serba kekurangan inilah yang menjadi pangkal tolak mengapa dalam kehidupannya ia sering bersikap getir, skeptis, dan bahkan ada yang menilainya sebagai seorang fasis. Gelar yang diberikan pada Veblen sangat banyak. Gelar lain yang diberikan pada Veblen adalah iconoclast, yaitu orang yang suka menyerang dan ingin menjatuhkan ide-ide atau gagasan orang-orang atau institusi tradisional yang diterima secara umum.

B. Motivasi Konsumen
      Dalam The Theory of Leisure Class Veblen menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan dorongan dan pola prilaku konsumsi masyarakat. Menurut Veblen, dulu perilaku orang terikat dengan masyarakat sekeliling, dan orang dalam tingkah lakunya orang berusaha ikut menyumbang terhadap perkembangan masyarakat. Orang berusaha menghindari perbuatan yang merugikan orang banyak. Tetapi apa yang dilihatnya sekarang dalam masyarakat kapitalis ialah orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri saja, dan tidak tertarik dengan kepentingan masyarakat banyak. Yang diperhatikan oleh masyarakat sekarang hanyalah uang.

C. Prilaku Pengusaha
     Dahulu para pengusaha Amerika pada umumnya menghasilkan barang-barang dan  jasa untuk memperoleh keuntungan melalui kerja keras. Investasi masuk ke dalam apa yang di maksud dengan production for use. Tetapi, pada masa sekarang laba dan keuntungan sebagian tidak di peroleh melalui kerja keras, tetapi dengan trik-trik bisnis.Vablen melihat pada masa sekarang banyak pengusaha yang memperoleh keuntungan dari berbagai macam cara tanpa mempedulikan nasib orang lain. Vablen melihat dalam masyarakat amerika yang tumbuh begitu pesat telah melahirkan suatu golongan yang disebut obsentee ownership, yang mana golongan ini memiliki modal besar dan menguasai sejumlah perusahaan, tetapi tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan operasional perusahaan.

D. Tokoh-tokoh Institusional Lainnya
      Wesley Mitchel, ia berjasa dalam me-ngembangkan metode-metode kuantitatif dan menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonomi. Salah satu karyanya yang sudah menjadi klasik adalah : Business Cycles and Their Causes.
      Gunnar Myrdal, Myrdal berpesan pada ahli-ahli ekonomi agar ikut membuat value judgement. Jika itu tidak dilakukan struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi akan menjadi tidak realistis.
      Joseph Schumpeter, Ia mengatakan bahwa sumber kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan.
      Douglas North, mekanisme pasar bukan hanya satu-satunya penggerak roda ekonomi melainkan juga peran penting institusi.

Sabtu, 02 Maret 2019

MAZHAB NEO-KLASIK

      Analisis yang dibuat Marx untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori nilai kerja dan tingkat upah, oleh para pakar Neo-Klasik teori-teori tersebut dipelajari kembali secara mendalam.Dari sekian banyak pakar-pakar Neo-Klasik, paling kurang ada empat orang yang melakukan penelitian tentang hal yang sama, yaitu W. Stanley Jevons (1835-1882), Leon Walras (1837-1910), Carl Menger (1840-1921) dan Alfred Marshall (1842-1924). Stanley Jevons dari University of Manchester (Inggris) menulis Theory of Political Economi tahun 1871. Karl Menger dari Austria menulis: principles of Economics in Germany pada tahun yang sama. Leon Walras dari sekolah Lausanne (Swiss) menulis : Elements of Pure Economics pada tahun 1874. Alfred Marshall dari Cambridge University (Inggris) sebetulnya sudah menulis Principles of  Economics pada awal tahun 1870-an. Akan tetapi, ia termasuk orang yang sangat hati-hati dalam memberikan pendapat baru, sehingga buku tersebut baru diterbitkan dua puluh tahun kemudian, yaitu tahun 1891.
      Walaupun mereka melakukan penelitian secara terpisah, dari hasil penelitian masing-masing mereka mengemukakan hal yang sama. Di samping kesimpulang yang dihasilkan pun sama, bahwa secara teori nilai lebih ( surplus value ) Marx tidak mampu menyepakati bahwa teori marx tersebut tidak memberikan sumbangan apa pun dalam perkembangan teori ekonomi.

A. Pendekatan Marjinal
     Analisis marjinal pada intinya merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga di pasar. Sejak terjadinya marginal revolution tersebut, pembahasan ekonomi semakin bersifat makro.
      Konsep marjinal ini sering diakui sebagai kontribusi utama dari aliran atau mazhab Austria. Akan tetapi, jika ditelusuri ke belakang ternyata teori ini telah cukup lama dikembangkan oleh  pengarang terdahulu, tepatnya oleh Heindrich Gossen. Heinrich Gossen (1810-1858) telah lama menggunakan konsep marjinal dalam menjelaskan kepuasan atau faidah (utility) daripengkonsumsian sejenis barang. Menurut Gossen, faidah tambahan (marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak. Pernyataannya ini kemudian dijadikan semacam dalil, dan lebih dikenal sebagai “hukum Gossen Pertama”. Dalam “Hukum Goseen Kedua” ia menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas secara relatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tak terbatas. Karya Gossen ini baru diberi pengakuan 40 tahun setelah massanya.

B. Mazhab Austria
      Para pendukung dan pemakai konsep marjinal kebanyakan berasal dari Universitas Wina (Austria). Pandangan mereka mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka dalam berbagai buku agar dimasukkan ke dalam aliran tersendiri yang disebut mazhab Austria(Austrian Scholl of  Economics). Tiga tokoh utama mazhab Austria tersebut adalah Carl menger, Freidrich von Wieser, dan Eugen von Bohm Bawerk.
      Karl Menger (1840-1921) menjabat sebagai profesor ekonomi di Universitas Wina dari tahun 1873 hingga 1903. Karya utamanya adalah Grunsatze der Volks Wirtschaftslehre (1871). Dalam buku tersebut Menger mengembangkan teori utilitas marjinal yang ternyata membawa pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan teori-teori ekonomi. Pada tahun 1903 kedudukan Menger di Universitas Wina digantikan oleh Friedrich von Wieser (1851-1920). Wieser dipandang sangat berjasa dalam mengembangkan teori utilitas marjinal Menger, dengan menambahkan formulasi biaya-biaya oportunitas (opportunity cost). Kedudukan Wieser kemudian digantikan kemudian digantikan pulo oleh Eugen von Bohm Bawerk (1851-1914). Kontribusi utama Bohm Bawerk adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of capital) dan teori tentang tingkat suku bunga. Hal ini dapat diikuti dari bukunya Capital and Interest  (1884). Karyanya yang lain juga menyangkut masalah model adalah Positive Theory of Capital (1889). Teori-teori yang dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh lain seperti Knut Wicksell, von Mises, F.A. hayek dan J.R. Hicks.
      Knut Wicksell (1851-1926) mendapat pendidikan di Uppsala University (Swedia). Ia berjasa mengasimilasikan analisi keseimbangan umum Walras dengan teori kapital dan suku bunga Bohm Bawerk menjadi teori distribusi. Asimilasi kedua teori itu didasarkan pada analisis marjinal versi baru dikembangkan oleh Jevons, Walras,dan Menger. Pengaruh Wicksell terhadap pengembangan teori moneter juga sangat besar sebab ia yang pertama melihat hubungan langsng antara tingkat suku bunga dengan harga-harga. Sesuatu yang dianggap bertentangan waktu itu.
      Ludwig Edler Von Mises (1881-1973) menjabat sebagai profesor ekonomi di Universitas Wina tahan 1913. Menurut Von Mises sistem harga merupakan basis paling efisien dalam mengalokasikan sumber daya. Sehubungan dengan pendapatnya tersebut tidak mengherankan jika ia sering megkritik sistem perekonomian komando. Hal itu karena sistem komamdo tidak mempunyai sistem harga. Mises berpendapat bahwa sistem ekonomi komando tidak akan dapat melembagakan sisitem harga tanpa terlebih dahulu menghancurkan prinsip politik.
Mises juga menagplikasikan teori kepuasan marjinal untuk mengembangkan teori baru tentang uang. Ia memaparkan bahwa kepuasan (utility) dapat diukur secara ordinal, tetapi tidak secara cardinal. Teori-teori lain yang dikembangkan oleh Von Mises adalah teori paritas daya beli (purchasing power parity) dan teori trade cycle.
     F.A. Hayek (1899-…) menjadi direktur lembaga penelitian ekonomi di Universitas Wina dari 1927-1931. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai dosen tamu di University of  Chicago (1950-1962). Ia dianggap sangat berjasa dalam mengembangkan teorisiklus perdagangan (theory of trade cycle) dari von mises, yang diintegrasikannya dengan teori capital dari Bohm Bawerk. Atas jasa-jasanya dalam mengembangkan ilmu ekonomi, hayek menerima hadiah nobel tatun 1974 bersama-sama dengan Gunnar Myrdal.

C. Mazhab Lausanne
      Analisis yang lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum adalah pemikiran Leon Walras. Walras dapat dianggap sebagai pendiri aliran atau mazhab Lausanne. Karyanya Elements of pure economic (1878) dianggap sebagai suatu mahakarya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya tersebut Walras menjelaskan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.
      Konsep dan model keseimbangan umum yang sudah dikembangkan Walras ini tidak diperhatikan oleh para pakar ekonomi di zamannya. Atas jasa Alfred Marshall, yang sangat menghargai konsep matematika Walras menyebabkan pemikiran-pemikiran Walras kemudian dihargai orang dengan sepantasnya. Ia kemudian dianggap sebagai pendiri dan pengembang ilmu ekonomi matematika, yang kira-kira 60 tahun kemudian dikembangkan oleh Friscch dan Tinbergen menjadi ilmu ekonometrika. Wassily Leontief kemudian mengembangkan konsep analisis input-output atas dasar matematika yang dikembangkan Walras.

D. Mazhab Cambridge
     Alfred Marshall dianggap sebagai pelopor aliran atau mazhab Cambridge di Inggris.  Pada tahun 1868 Marshall diangkat sebagai tenaga pengajar dalam bidang moral di Cambridge dan pada saat yang sama ia mulai mempelajari ilmu ekonomi. Dari beberapa buku yang pernah ia tulis, buku yang dianggap paling berpengaruh adalah Principles of Economics.
      Marshall dianggap sangat berjasa dalam memperbarui asas dan pos-tulat pandangan-pandangan ekonomi yang dikemukakan pakar klasik dan pakar neo-klasik sebelumnya. Menurut kaum klasik, harga barang ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan demkian bagi kaum klasik yang menentukan harga adalah sisi penawaran. Pendapat klasik tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh neo-klasik seperti : Jevons, Menger dan Walras. Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalh kndisi permintaan, karena mereka telah mengembagkan analisis yang sifatnya revolusioner tentang faktor-faktor yang menentukan harga-harga relatif. Ketiga tokoh tersebut tidak setuju dengan teori nilai biaya produksi (cost of production theory of value) dari kaum klasik, sebab teori ini dinilai tidak berlaku secara umum mereka secara tegas juga mengkritik teori nilai upah buruh atau (labor theory of value) Ricardo serta teori biaya produksi dari Say dan Mill .      Teori biaya produksi yang ditentang itu mengatakan bahwa harga barang ditentukan oleh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu barang.
      Pakar- pakar neo-klasik (Jevons, Menger dan Walras) justru mengkritik pakar-pakar klasik (Adam Smith) yang gagal dalam membedakan antara utilitas total, utilitas marginal dan utilitas rata-rata. Kalum klasik (Adam Smith) mengatakan bahwa nilai suatu intan kurang bermanfaat bagi manusia walaupun memiliki nilai yang sangat tinggi, sedangkan menurut pandangan kaum neo klasik (Jevons, Menger dan Walras) nilai atau harga intan lebih tinggi bukan karena biaya untuk mendapatkannya melainkan karena utilitas marginal yang lebih besar ( utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan terakhir yang besar). Karena itu orang mau menghargai intan yang lebih tinggi. Jadi dapat dilihat bahwasanya kaum klasik melihat harganya dari sisi produsen (dari jumlah pengorbanan yang dikeluarkan) sedangkan kaum marginalitas melihatnya dari sisi konsumen yaitu dari kepuasan marginal pengkonsumsian satu unit terakhir.
      Namun dalam hal ini Marshall tidak menyalahkan kedua konsep diatas melainkan menggabungkannya , menurut beliau selain oleh biaya-biaya, harga juga dipengaruhi oleh unsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun dari pihak produsen.lebih jelas lagi, bagi Marshall harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan dipasar : penawaran dari pihak produsen.
Perbedaan lain antara Marshall dengan kaum klasik ialah dalam pendekatan penelitian. Kaum klasik lebih banyak menggunakan metode induktif, sedangkan Marshall mengkombinasikan metode deduktif dan metode induktif . dalam hal ini, abstraksi digabung dengan realisme yang didukug oleh data statistik agar terhindar dari angan-angan. Banyak yang mengaui bahwa teknik analisis marginal Marshall jauh lebih unggul dibandingkan dengan teknik-teknik analisis yang dilakukan oleh paar-pakar sebelumnya. Sejak itu konsep marginal, yang boleh dikatakan sebagai revolusi dalam ilmu ekonomi, makin banyak digunakan dalam analisis ekonomi.
      Karya-karya Marshall diakui sebagai seorang pakar ekonomi yag sanagt ulung , dan kelebihan lain yang dimiliki oleh Marshall Beliau sangat memperhatikan nasib kaum papa , bagi Beliau ilmu ekonomi adalah sebagai alat dan sarana untuk memperbaiki kesejahteraan umat manusia .ilmu ekonoi sebagai daya untk menemukan kebenaran. Selanjutnya kebenaran tersebut menurut Marshall  haruslah ditujukan pada penyebab dan obat dari kemiskinan dan kememlaratan.
      Pigou adalah murid Mashall yang mengantikannya sebagai ketua jurusan ekonomi politik pada tahun 1908, Pigou adalah orang pertama yang menemukakan konsep Real Balance Effect yang kemudian lebih dikenal dengan dampak Pigou yang merupakan suatu stimulus kesempatan kerja yang disebabkan oleh meningkatnya nilai riil dan kekayaan liquit sebagai konsekwensi dari turunya harga-harga, jika nilai kekayaan riil naik,  yang berdampak pada peningkata pendapatan dan terbukanya kesempatan kerja baru. Pandangan ini merupakan salah satu dasar mengapa kaum klasik dan neoklasik percaya bahwa keseimbangan kesempatan kerja penuhdapat dicapai sebgai hasil penurunan dalam tingkat upah. Karya pigou tentang teori moneter kesempatan kerja dan pendapatan nasional yang mengikuti tradisi klasik telah membawanya pada kontrofersi  dengan keyness (pandanagn keyness akan didiskusikan lebih lanjut pada bab 12) walaupun mereka sering berdebat, Pigou dan keyness beserta Joan Robinson banyak memperbaiki konsep marshall terutama dalam segi permintaan.

E. Persaingan Monopolistis dan Pasar Tidak Sempurna
Pada tahun 1930-an sejumlah pakar ekonomi melakukan revisi terhadap pemikiran-pemikiran neo-klasik, terutama yang menyangkut teori pembentukan harga dan keseimbangan pasar.
Sebelum memasuki abad ke-XX pada umumnya tokoh-tokoh klasik maupun neo-klasik generasi pertama tidak pernah mempersoalkan apakah pasar dalam kenyataan sehari-hari betul-betul mencerminkan pasar persaingan sempurna atau tidak. Hal ini tidak dapat disesalkan sebab pada periode sebelum memasuki abad ke-XX kegiatan produksi pada umumnya bersifat kecil-kecilan.
Dalam situasi seperti ini asumsi pasar persaingan sempurna tidak pernah dipersoalkan. Asumsi-asumsi tersebut misalnya: 1. Terdapat banyak pembeli dan pejual, 2. Barang-barang yang dijual dipasar relatif sama dalam jenis, sifat dan mutu, 3. Tiap perusahaan bebas keluar masuk pasar, 4. Tidak ada pembeli maupun penjual yang mampu mengubah harga yang ditentukan di pasar, 5. Setiap pembeli dan penjual bertindak sebagai penerima harga (price takers), 6. Setiap pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap tentang pasar, 7. Tidak ada perbedaan biaya transpor diantara para penjual.
      Akan tetapi, setelah abad ke-XX Sraffa mengamati bahwa dalam kenyataan asumsi pasar persaingan sempurna yang dianut tokoh-tokh klasik maupun neo-klasik tidak dapat diterima begitu saja. Setiap perusahaan megetahui bahwa kalau seandainya mereka mengubah keputusan output atau penawaran, harga-harga dapat berubah. Hal ini diungkapkan Sraffa dalam artikelnya: the laws of Retuns under Competitive Conditions tahun 1926.
      Kemudian Chamberlin memusatkan perhatiannya pada pasar monopolistik dalam bukunya, The Theory of Monopolistic Competition, 1933. Ia menyebutkan bahwa banyak asumsi yang digunakan dalam pasar persaingan sempurna, terutama dalam produk yang homogen, yang tidak realistis.            Karena tidak mungkin suatu pasar hanya memproduksi satu jenis barang saja (homogen).
      Oleh karena itu, masih menurut Chamberlin, perusahaan-perusahaan pasti berusaha untuk melakukan diferensiasi pada produk-produknya guna mempertahankan perusahaannya supaya bertahan di pasar tersebut. Jika usaha itu (diferensiasi produk) berhasil maka perusahaan itu dapat memengaruhi harga-harga di pasar, dan dia dapat bertindak sebagai penentu harga (price setter), bukan sebagai penerima harga (price taker).
      Dengan demikian, pasar ini sudah tidak sempurna lagi karena ciri utama dalam pasar monopolistik adalah adanya diferensiasi produk dan perusahaan bertindak sebagai price setter bukan sebagai price taker. Juga biasanya harga yang terbentuk dalam pasar monopolistik lebih tinggi daripada harga yang terbentuk dalam pasar sempurna.
      Begitu juga dengan Joan Robinson, yang mempunyai analisis hampir mirip dengan Chamberlin. Namun, Joan Robinson, analisisnya lebih fokus pada pembahasan “pasar persaingan tidak sempurna (Imperfect Competition)”. Menurutnya, tiap perusahaan dalam pasar tidak sempurna memegang posisi monopoli, dimana posisi ini didapatkan dari barang-barang yang dibeli berdasarkan preferensi konsumen (Customer Preference) walaupun ada barang substitusi yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
      Dalam kenyataannya bahwa persaingan dunia pasar tidak sempurna dan membawa pada implikasi yang cukup serius terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam pasar persaingan tidak sempurna efisiensinya, sebagaimana diungkapkan Pareto, tidak bisa dicapai.
Kesimpulannya, pandangan ketiga tokoh ini bagi pengembangan teori ekonomi adalah (bagi mereka) model pasar persaingan sempurna yang dikembangkan oleh kaum klasik dan neo-klasik terdahulu hanya merupakan suatu konstruksi pemikiran yang diharapkan belaka (secara teoritis) yang kenyataannya mempunyai keterbatasan dalam kehidupan sehari-hari.
                     
F. Games Theory dan Informasi Asimetris
      Konsep Games Theory (GT) adalah suatu konsep untuk menjelaskan perilaku ekonomi dalam pasar yang hanya diisi oleh segelintir pelaku ekonomi. Landasan konsep ini sudah diterapkan oleh Cournot pada tahun 1838 dan Bertrand tahun 1883 dengan mengembangkan model aksi-reaksi dalam pasar duopoli. Model ini mulai dikembangkan lebih lanjut oleh Edgeworth pada tahun 1925 dan dikukuhkan sebagai teori melalui karya John von Newmann dna Oscar Morgenstern dalam bukunya yang berjudul The Theory of Games and Economic Behaviour (1944). Kemudian konsep GT disempurnakan lebih lanjut oleh John Nash pada tahun 1950.
      Nash mengembangkan konseo GT untuk menganalisis situasi kepentingan pelaku ekonomi yang tidak berlawanan, yang kemudian muncullah istilah “keseimbangan Nash (Nash Equilibrium)”. Konsep GT Nash ini bekerja atas asumsi informasi yang simetris (tiap pemain memiliki informasi yang sama).
      Dari konsep GT Nash, berkembanglah GT yang beroperasi dalam situasi informasi yang bersifat asimetris (tidak memiliki informasi yang sama terhadap satu hal) oleh John Harsanyi (1967). Kemudian GT dikembangkan lagi oleh Reinhard Selten (dari Universitas Bonn, Jerman) dalam bentuk situasi yang lebih dinamis. Menurut Selten, perubahan tindakan seorang pemain tidak hanya ditentukan oleh kenyataan peluang untuk memperbaiki posisi. Oleh karena itu, menurut Selten, frekuensi permainan akan mempengaruhi strategi permainan bagi setiap orang.
      Konsep John Harsanyi dikembangan lebih lanjut oleh William S. Vickrey dan James A. Mirrless. Dengan konsep ini mereka dapat menyusun agenda bagaimana memenuhi tanggung jawab sosial pada abad XXI melalui insentif dan kebijaksanaan pajak global. Kemudian konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh George Ackerlof, Joseph Stiglitz dan Michael Spence. Mereka berjasa dalam membangun pondasi bagi teori umum tentang pasar dengan  menggunakan informasi asimetris.
George Ackerlof adalah orang pertama yang mengembangkan teori umum tentang pasar dengan informasi asimetris. Dia menjelaskan betapa pentingnya informasi pasar dalam tulisannya yang bertajuk The Market for Lemons. Sedangkan menurut Spence, pihak yang menguasai  informasi bisa memberikan  isyarat kepada orang yang kurang menguasai informasi.

PEMBARUAN TERHADAP MARXISME

A. Latar Belakang
      Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh dari Marx dan Engels sangatlah luar  biasa. Hal ini terlihat dengan munculnya gerakan-gerakan yang menyokong sosialisme dan komunisme. Sistem perekonomian sosialis/komunis bangkit dari suatu respon terhadap era industrialisasi begitu juga dengan system perekonomian liberal/kapitalis. 
      Karya Marx banyak dikagumi dan dibaca orang, namun karena gaya tulisannya yang sangat rumit, banyak hasil tulisannya yang disalah tafsirkan. Oleh pengikut, murid-murid atau pengagumnya, pemikiran-pemikiran Marx-Engels tersebut selalu di perbarauivdan dilakukan modifikasi. Walaupun mengalami perubahan dan perbaikan, sosialisme/komunisme tidak pernah mencapai kejayaan sebagaimana diramalkan Marx.

B. Lenin
      Vladimir Ilich Lenin (1870-1924) adalah Bapak revolusi Rusia. Dua karya tulis Lenin yang sangat penting adalah The Development of Capitalism in Russia (1956) dan Imperialism,the Highest Stage of Capitalism (1933). Lenin tidak sabar menunggu kejatuhan kapitalis seperti yang diramalkan Marx. Daripada menunggu,ia berprinsip lebih baik mendirikan Negara komunis pertama di Rusia. Maksud ini tercapai melalui Revolusi Bolshevik 1917.
  1. Kapitalisme Monopoli dan Imperialisme
      Lenin banyak mempelajari karya-karya Marx. Yang paling diminatinya adalah tentang tahap terakhir kapitalisme, yang disebutnya kapitalisme monopoli (monopoly capitalism). Lenin menguraikan beberapa karakteristik kapitalisme monopoli sebagai berikut:
 a. konsentrasi produksi ditangan industri yang semakin sedikit jumlahnya,  
b. merger (penggabungan) finansial dan kapital industri, sewaktu bank- bank dan lembaga finansial semakin menguasai kontrol atas alokasi sumber-sumber modal,
c. bangkitnya ekspor kapital (dan bukannya komoditas) sebagai bentuk utama pertukaran internasional, 
d. pembagian dunia dalam lingkungan ekonomi yang dipengaruhi dan dikontrol oleh kapitalis monopoli, 
e. pembagian lebih lanjut (sub-divisi) dunia ke dalam lingkungan politik yang dipengaruhi oleh pemerintahan negara-negara kapitalis mapan.
  2. Teori Pembangunan yang Tak Imbang
      Teori ini adalah batu loncatan analisis Lenin tentang lokus (tempat kejadian) revolusi proletariat. Menurut Lenin,hukum tentang pembngunan tak imbang menjamin kompetisi dan konflik global di antara Negara-negara imperialis sewaktu mereka  berebut control atas sumber-sumber dan pasar Negara-negara jajahan. Menurut lenin revolusi  proletariar pertama kali muncul di negara terlemah di antara negara kapitalis yaitu di Rusia,Negara terlemah diantara rantaian Negara kapitalis yang ada. Lenin melancarkan revolusi Bolhesvik tahun 1917 di Rusia, dan berhasil mendirikan negara sosialis/komunis pertama di duina. Di bawah Lenin Rusia berubah menjadi Uni Soviet dan berhasil melakukan pembangunan melalui perencanaan terpusat.

C. Revisionisme
      Revisionisme menganggap bahwa kejatuhan kapitalisme tidak harus melaui revolusi kekerasan seperti yang dilakukan Marx ataupun Lenin. Gerkan revisionis sebetulnya sudah dimulai di Jerman setelah Engels meninggal tahun 1895. Tujuan gerakan revisionis adalah untuk merevisi pemikiran-pemikiran Marx dan Engels yang meramal bahwa kapitalisme akan dijathkan melalui suatu revolusi yang dilancarkan kaum proletar. Tokoh revisionis cukup banyak diantaranya Bernstein, Tugan-Baranovsky, Kautsky dan Luxemburg.
a. Edward Bernstein (1850-1932), Menurutnya revolusi  proletariat tidak diperlukan dan kemungkinan terjadinya sangat kecil. Langkah yang lebih baik adalah melibatkan diri dengan serikat-serikat buruh, sehingga kondisi kaum buruh akan membaik. Dimana dalam jangka panjang masyarakat yang sudah terdidik ini akan memilih sosialisme secara sukarela tanpa melalui  jalan kekerasan.
b. Mikhail Tugan-Baranovsky (1865-1919), Menurutnya, teori Marx tentang kecendrungan penurunan tingkat laba tidak kuat. sekelompok masyarakat tidak akan mendapatkan sosialisme sebagai hadiah buta dari kejatuhan elementer ekonomi begitu saja. Masyarakat tersebut harus bekerja pelan-pelan melalui tahapan-tahapan terencana bagi pengadopsian sosialisme tanpa melalui jalan kekerasan.
c. Karl Kautsky (1854-1938), Pada tahun 1902 ia memformulasikan pandangannya bahwa suatu depresi yang kronis akan mendorong kaum pekerja memilih alternatif sosialisme dan bahwa reformasi sosial tidak akan menghentikan antagonisme kelas-kelas masyarakat.  Namun,pada pertengahan tahun 80-an Kaustky ikut bergabung dengan kaun Revisionis dan ikut merevisi pemikiran-pemikiran Marx.

D. Aliran Kiri Baru (The New Left)
      Secara sederhana aliran Kiri Baru dapat diartikan sebagai kombinasi dari Marxisme-Leninisme ortodoks dengan pemikiran radikal baru. Perhatian terhadap Marxisme muncul lagi setelah diterbitkanya buku Monopoli Capital oleh Paul Baran dan Paul Sweezy tahun 1966. Buku ini sangat memfokuskan perhatian pada aspek monopolistik perusahaan- perusahaan raksasa dalam perekonomian modern. Perusahaan-perusahaan raksasa ini mampu mempertahankan penjualan dengan harga tinggi serta meraih surplus sebesar- besarnya. 
      Analisis ekonomi Baran dan Sweezy ini paralel dengan tulisan-tulisan pakar non-marxis J.K Galbraith yang sering mengecam kebobrokan perusahaan-perusahaan kolomerat di Amerika. C. Wright Mills (1916-1962) adalah ahli sosiologi dari Columbia University. Tahun 1956 ia menulis sebuah buku The Power Elite yang mengungkapkan bahwa negara kapitalis Amerika Serikat semakin dikuasai oleh kelompok elit yang terdiri atas  perusahaan-perusahaan besar dan pemilik modal yang berkolaborasi dengan pemerintah dan pimpinan-pimpinan serikat buruh. Mereka mampu menguasai organisasi-organisasi  birokrasi besar yang mendominasi kehidupan masyarakat Amerika Serikat. Akibatnya  Negara Amerika semakin dikuasai oleh oligarki dari pada demokrasi seperti yang diagungkannya selama ini. Ernest Mandel pada tahun 1968 menulis sebuah buku berjudul Marxist Economic Theory. Buku ini mereview dan membuat penjelasan-penjelasan yang lebih sederhana sehingga teori-teori Marxis mudah dibaca maysrakat awam. Mandel juga membuat analisis bagaimana perekonomian negara-negara barat bisa dialihkan dari kapitalisme ke sosialisme. Kaum radikal,walaupun banyak mengkritik kapitalisme,tidak dengan sendirinya mereka setuju atau mendukung praktik pelaksanaan sosialisme di Uni-Soviet melalui  perencanaan-perencanaan terpusat,bahkan mereka tidak menyetujui metoda  perencanaan terpusat ini. 
1.Setuju dan Tidak Setuju
      Jika diperhatikan, terdapat persamaan dan perbedaan antara kubu Kiri Baru dengan kubu Marxis ortodoks. Kesamaannya adalah kedua kubu setuju bahwa sistem kapitalis tidak harmonis maka sebaiknya ditransformasikan menjadi suatu masyarakat sosialis  baru. Kedua kubu tidak tertarik dengan revolusi sosial dan berbeda pendapat dengan kaum revisionis yang merasa reformasi sosial akan menyingkirkan keingina untuk revolusi. Sedangkan perbedaan yang paling mencolok antara kedua kubu (Aliran kiri baru dengan Marxis Ortodoks) adalah tentang tidak terelaknya sosialisme. Kaum Kiri Baru setuju dengan kaum revisionis bahwa kejatuhan kapitalisme bukan tidak terelakkan. Bahkan mereka menganggap bahwa kejatuhan tersebut tidak perlu harus terjadi. Mereka beranggapan demikian karena kelas pekerja di negara-negara kapitalis sudah terintegrasi ke dalam masyarakat kapitalis dan tidak bisa diharapkan untuk melaksanakan reformasi radikal.
2.Kecaman Terhadap Kapitalisme Kontemporer
      Kaum Kiri Baru membuat kecaman yang mirip kecaman Marx terhadap kapitalisme modern. Yang paling tidak mereka sukai terhadap kapitalisme modern adalah ketidak seimbangan distribusi kekuatan ekonomi dan politik dalam masyarakat kapitalis. Bagi kaum Kiri Baru terdapat hubungan sangat erat antara status ekonomi dengan kekuatan  politik. Jika pendapatn tidak merata distribusinya,kekuatan politik juga tidak merata. Pemikiran-pemikiran kaum kiri baru tentang imperialisme searah dengan pemikiran Leninis bahwa kesejahteraan Negara-negara kaya tergantung atas eksploitasi terhadap  Negara-negara terbelakang. Mereka juga sependapat bahwa kaum buruh di Negara-negara kapitalis semakin dikorup. Perbedaan di antara kedua aliran tersebut adalah,kaum kiri baru percaya bahwa imperialism dilakukan oleh perusahaan- perusahaan multinasional. Sementara itu,kaum Leninis percaya bahwa hal tersebut dilakukan oleh Negara.
 3. Alienasi dan Kualitas Hidup
      Kaum buruh di Negara-negara kapitalis maju lebih makmur. Akan tetapi aliran Kiri Baru juga percaya bahwa para buruh akan tetap beralienasi walau kaum buruh di negara-negara kapitalis maju lebih makmur. Hal ini dikarenakan para buruh dipisahkan dari kontrol atas pekerjaan mereka, dan kontrol tersebut dipegang oleh mereka yang menguasai kapital dan teknologi. Mereka diisolasi dari pengambilan keputusan sehingga kebebasan memilih di pasar tenaga kerja di batasi oleh statifikasi sosial. Jasa tenaga kerja wanita,juga kaum minoritas dihargai lebih rendah. Walaupun kecaman kaun kiri baru terhadap kapitalisme cukup banyak,akan tetapi mereka tidak member semacam acuan yang jelas tentang suatu masyarakat ideal.