Senin, 06 Mei 2019

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KLASIK

      Kontribusi kaum Muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan pemikiran ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya, telah diabaikan oleh para ilmuwan Barat. Para sejarawan Barat telah menulis sejarah ekonomi dengan sebuah asumsi bahwa periode antara Yunani dan Skolastik adalah steril dan tidak produktif. Sebagai contoh, sejarawan sekaligus ekonom terkemuka, Josep Schumpeter, sama sekali mengabaikan peranan kaum Muslimin. Ia memulai penulisan sejarah ekonominya dari para filosof Yunani dan langsung melakukan loncatan jauh selama 500 tahun, dikenal sebagai The Great Gap, ke zaman St. Thomas Aquinas (1225-1274 M).
      Sebaliknya, meskipun telah memberikan kontribusi yang besar, kaum Muslimin tidak lupa mengakui utang mereka kepada para ilmuwan Yunani, Persia, India dan Cina. Hal ini sekaligus mengindikasikan inklusivitas para cendekiawan Muslim masa lalu terhadap berbagai ide pemikiran dunia luar selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Tokoh-tokoh Pemikiran Ekonomi Islam Klasik

1. Zaid bin 'Ali ( 10-80 H/699-738 M)
      Zaid Bin ʻAlī memiliki pandangan bahwa uang akan menghasilkan sesuatu melalui perniagaan. Oleh sebab itu pandangannya terhadap transaksi jual beli secara kredit dengan harga lebih tinggi adalah sah karena yang terpenting adalah terwujudnya saling riḍā diantara kedua belah pihak. Ia hanya menganggap bahwa keuntungan dari penjualan secara beransur merupakan murni bagian dari perniagaan dan tidak termasuk ribā dan merupakan jawaban dari permintaan pasar. Abu Zahra menyatakan bahwa keputusan Ẓaid Bin ʻAli adalah sah. Karena ia memisahkan antara harga dan jangka waktu, apabila masa yang diambil lebih panjang maka harga akan lebih tinggi. Hal ini menjadi dasar penerapan konsep jual beli kredit dalam memenuhi keperluan bagi seluruh masyarakat. Asas penetapan akad harus diambil dari ayat al-Qur‟ān dan al-Ḥadth sebagai asas utama. Tetapi pada aktivitas ekonomi merujuk kepada dasar keadilan dan keseimbangan dalam memutuskan segala perkara.
2. Abū hanifah (80-150 H /699 -767 M)
Selain dikenal sebagai seorang imam mazhab Ḥanafī, Abū Hanīfah merupakan pakar yang telah memberikan pemikiran dalam perkembangan ekonomi Islam. Salah satu pemikirannya adalah tentangsalam, yaitu bentuk transaksi dimana pihak penjual dan pembeli setuju bila barang akan dikirimkan setelah dibayar secara tunai pada waktu kontrak disepakati. Abū Ḥanīfah juga memberikan perbaikan atas konsep salam karena sering terjadi perselisihan antara penjual dan pembeli. Beliau mencoba menghilangkan pertikaian dengan memberikan penjelasan mengenai kontrak ini, seperti menjelaskan jenis komoditi, kualiti, kuantiti, waktu dan tempat pengiriman, dan dia juga mewajibkan untuk memenuhi persyaratan bahwa komoditi harus tersedia di pasar selama waktu kontrak dan pengiriman. Siddiqi  menambahkan hasil pemikiran Abū Ḥanīfah yaitu murābaah(penjualan dengan margin dari harga beli yang disepakati dengan beberapa tambahan demi menciptakan keadilan. Pemikiran Abu Hanifah terhadap zakat membawa konsep yang masih digunakan sehingga saat ini, yaitu mewajibkan zakat pada perhiasan emas dan perak. Orang yang berhutang tidak diwajibkan membayar zakat  jika hutangnya lebih banyak daripada harta yang dimiliki. Dalam kerjasama hasil pertanian ( Muzāraʻah), kebijakan Abū Ḥanīfah meninggikan nilai kemanusiaan dengan melindungi pekerja lemah, apabila tanah tidak dapat menghasilkan apapun maka petani dibebaskan dari pembagian kerugian. Dalam isu wakaf, Abu Hanifah berpendapat bahwa benda wakaf masih tetap milik
wāqif. Wakaf dan pinjam meminjam memiliki kedudukan yang sama, jadi benda wakaf dapat dijual, diwariskan dan di hadiahkan kepada pihak lain, kecuali wakaf untuk masjid dan wakaf yang ditetapkan berdasarkan keputusan hakim, wakaf wasiat dan wakaf yang di ikrarkan.
3. Abū Yūsuf (113-182 H/ 802-881 M)
Pemikiran Abū Yūsuf lebih menekankan tentang perpajakan dan tanggung  jawab negara. Pemikirannya tertulis dalam buku al- Kharāj yang ditulis pada masa Khalifah Harun al-Rash īd dan kitab ini dijadikan rujukan oleh para pakar ekonomi Islam Modern kemudian di apikasikan. Pemikiran Abū Yūsuf dalam al- Kharāj, antara lain: (1) Segala aktivitas ekonomi, sarana serta kemudahan yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah tanggung jawab pemerintah, namun jika manfaat dari segala sarana dan kemudahan itu hanya dapat dirasakan oleh pihak tertentu, maka orang tersebut dapat dikenakan biaya. Kemudian, demi terciptanya kesejahteraan masyarakat, negara berhak untuk membebankan pajak fa‘i ushur, jizyah dan lain-lain sebagai pendapatan negara. (2) Perpajakan, Abū Yūsuf mengganti praktik misāhah ( fixed tax) denganmuqāsamah ( proportional tax), dikarenakan hal tersebut akan menindas dan mendzalimi rakyat miskin, dan menentang sistem Qābalah. Dalam mekanisme harga, ia melarang penguasa menentukan harga suatu barang, karena menurutnya keadilan hanya terjadi jika harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar saja. Penjelesan Abū Yūsuf dalam mekanisme pasar dan nasihat kepada pemerintah tidak disertakan dengan pembahasan yang terperinci. Sejauh ini pemikiran Abū Yūsuf dijadikan rujukan dalam menerapkan konsep perpajakan di beberapa negara dunia. Ia telah menawarkan konsep maslahah yang shumul untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan.
4. Al Ghazālī (451-505 H/ 1055- 1111 M )
      Wawasan dan pengetahuan Al-Ghazālī sangatlah luas, terutama tentang evolusi pasar, peranan uang dan penentuan kebijakan. Perhatian Al-Ghazālī tertumpu kepada perilaku individu yang dibahas secara rinci berdasarkaan al-Qurān, al-Ḥadīth dan Ijma„. Ia memiliki padangan bahwa setiap manusia harus memenuhi keperluan hidupnya dan melaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah. Al-Ghazālī memberikan peringatan bahwa pemimpin harus menjamin kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Prinsip keadilan, apabila ada rakyat yang tidak mampu dalam membiayai kehidupannya, maka seluruh rakyat berkecukupan harus membantu meringankan bebannya. Pandangan Al-Ghazālī terhadappajak, menginspirasi dalam penentuan monetary policy pada masa modern. Al-Ghazālī tentang pertukaran barang (barter ), tidak efisien sistem barter dan kepentingan dan fungsi uang. Rafiq al-Mișrī memberikan satu tanggapan pada fungsi uang pada pemikiran Al-Ghazālī ialah sebagai dasar nilai, media pertukaran,
dan nilai simpanan. 


EKONOMI POLITIK GLOBAL

Defenisi Ekonomi Politik Global

       Menurut Steurt, Ekonomi Politik mengacu pada studi antar disiplin ilmu yang mempelajari ekonomi, politik dan hukum yang menjelaskan bagaimana institusi politik, lingkungan politik dan sistem ekonomi ( baik kapitalis, komunis atau campuran keduanya), saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pada tahun 1776, Adam Smith mendefinisikan ekonomi politik sebagai cabang dari ilmu pengetahuan dari seorang negarawan atau legislator dan pedoman dari pengelolaan ekonomi nasional. Pada abad ke-21, istilah ‘ekonomi politik’ didefinisikan dengan tiga pengertian yang berbeda. Untuk ahli ekonomi dan akademisi, ekonomi politik merujuk pada aplikasi dari pelbagai jenis tingkah laku manusia. Beberapa kalangan akademisi menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan upaya yang dilakukan berdasarkan teori ekonomi untuk menjelaskan tindakan sosial. Sementara itu, ahli politik menganggap bahwa ilmu politik tidak dapat dipisahkan dari ilmu lain, termasuk ekonomi. Oleh karena itu, kelompok ahli politik mendefinisikan ekonomi politik sebagai hubungan atau interaksi antara ekonomi dan politik.
      Secara keseluruhan, Ekonomi Politik Internasional adalah studi tentang interaksi antara ekonomi atau pasar dengan politik atau negara di arena internasional.

Pendekatan-pendekatan dalam Ekonomi Politik Global
      Menurut Gilpin (1987), studi Ekonomi Politik Internasional dapat dikaji melalui tiga macam pendekatan, yaitu :
1)  Liberalisme
2)  Marxisme
3)  Nasionalisme


1) Liberalisme
      Liberalisme ekonomi merupakan gagasan Adam Smith dalam bukunya yang berjudul "The Wealth of Nations", di mana Smith menentang pendapat merkantilisme dan berpendapat bahwa kekayaan suatu negara tidak dapat diukur dari jumlah emas yang dimiliki namun diukur dari kemampuan negara tersebut memenuhi kebutuhan barang dan jasa penduduknya. Jika liberalisme politik menekankan pada kebebasan dan kesetaraan antar individu, maka liberalisme ekonomi menekankan pada pasar bebas dan minimnya intervensi pemerintah dalam perdagangan sehingga aktor sentralnya adalah individu. Hal ini dikarenakan menurut pendekatan liberalisme, ekonomi dan politik internasional tidak benar-benar dapat disatukan karena tujuan utama dari dilaksanakannya kegiatan komersil adalah untuk meningkatkan keuntungan individu, sehingga pemerintah hanya bertugas sebagai pembuat kebijakan dan instrumen-instrumen politis lainnya, serta pengawas. Smith mengemukakan bahwa pasar mampu mengendalikan, memulihkan, dan menyeimbangkan dirinya sendiri sesuai situasi dan kondisi yang ada atau biasa disebut dengan invisible hands sehingga peran pemerintah tidak terlalu signifikan. Jackson dan Sorensen (1999), mengemukakan bahwa perluasan kapitalisme global yang melampaui batas-batas negara berdaulat dapat meningkatkan kesejahteraan manusia dan sistem ekonomi liberal bersifat positive-sum game sehingga seluruh aktor akan memperoleh keuntungan di tiap kerjasama.
2) Marxisme
      Marxisme merupakan asumsi Karl Marx bahwa ekonomi berada di atas politik sehingga perekonomian kapitalis merupakan persaingan eksploitatif antara kelas borjuis, yaitu kelas pemilik modal, dan proletar, yaitu kelas buruh (Jackson dan Sorensen, 1999). Karl Marx percaya bahwa lambat laun jumlah pemilik modal akan bertambah sehingga tingkat kompetitisi yang tinggi ini dapat menyebabkan krisis ekonomi di kemudian hari. Krisis ekonomi tidak hanya berhasil untuk memperlebar jarak antara borjuis dengan proletar, namun juga menjadi sarana untuk "menyaring" pemilik modal sehingga hanya akan tersisa aktor-aktor kuat (Gilpin, 2001). Selain itu, demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, pemilik modal atau kapital harus memanfaatkan secara maksimal buruh yang telah dibayar sehingga hal ini menjadi salah satu cikal bakal terjadinya eksploitasi besar-besaran. Marxisme sepakat dengan merkantilisme dalam menganggap bahwa perekonomian bersifat zero-sum game dikarenakan tidak ada hasil pasti dari ekonomi itu sendiri. Fokus marxisme pada mekanisme produksi barang oleh manusia demi eksistensi sebagai aktivitas inti kemudian membuat marxisme dikenal juga dengan materialisme.
3) Nasionalisme
      Nasionalisme merupakan gagasan John Keyness yang dapat mempersatukan gagasan Adam Smith dan Karl Marx (Gilpin, 2001). Keyness mencoba untuk menjembatani anggapan mengenai peran pemerintah menurut Smith dan Marx, bahwa meskipun pasar dapat mengendalikan dirinya sendiri sesuai teori invisible hand, namun pemerintah tetap memiliki andil dalam pembuatan kebijakan dan pengawasan sehingga keduanya saling berkaitan. Pada awalnya, nasionalisme merupakan pendekatan turunan dari merkantilisme dan ideologi realisme sehingga jembatan yang kemudian dibangun oleh nasionalis adalah bahwa kekuatan negara merupakan kekuatan utama dan ekonomi merupakan pendorong dari kekuatan negara. Nasionalisme sendiri menekankan pada industrialisasi, faktor ekonomi, dan perjuangan tiap negara dalam memperoleh sumber daya ekonomi sebagai bagian utama dari sistem internasional sehingga unit analisis utamanya adalah negara. Oleh karenanya menurut pendekatan nasionalisme, efek spillover terhadap ekonomi disebabkan oleh berkembangnya industri, dan bahkan idustri memiliki peran penting dalam mempengaruhi kekuatan sentral militer dan keamanan nasional negara. Fokus nasionalisme pada industrialisasi ini merupakan salah satu penyebab dasar hubungan ekonominya bersifat zero-sum game, dikarenakan para ekonom menganggap bahwa industrialisasi merupakan faktor utama terjadinya krisis di kemudian hari.

Sabtu, 13 April 2019

PEMIKIRAN - PEMIKIRAN KEYNES, NEO-KEYNES DAN PASCA KEYNES

PEMIKIRAN KEYNES

      Pada tahun 30-an dunia mengalami krisis ekonomi yang sangat dahsyat. Teori - teori ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-pakar klasik dan neo-klasik seolah lumpuh tak berdaya. Dalam situasi tak menentu itu munculah tokoh yang sangat berpengaruh dalam ekonomi, yaitu John Maynard Keynes (1883-1946). Keynes mula-mula memperoleh pendidikan di Eton. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke King's College dengan bidang utama matematika. Ia juga memperdalam ilmu falsafah melalui gurunya Alfred whitehead. Pelajaran-pelajaran ekonomi ia peroleh di bawah bimbingan Alfred Marshall dan A.C Pigou. Ia juga diberi gelar "baron" atas bantuannya dalam perjanjian Bretton Woods tahun 1946 dan dalam pembentukan badan Moneter internasional IMF (International Monetary Fund).

A. Karya-karya Keynes
      Tahun 1913 ia menulis Indian Currency and Finance, yang memperlihatkan ketertarikannya pada masalah-masalah moneter. Dalam bukunya : The economic Consequences of The Peace, ia banyak mengkritik cara-cara yang digunakan oleh negara yang menang dunia pertama dalam menekan negara yang kalah perang.  Pada tahun 1936, Keynes menerbitkan bukunya yang paling terkenal: The General Theory of Employment, Interest, and Money. Dalam bukunya itu diungkapkan bahwa penghasilan dan peluang/lowongan kerja itu ditentukan oleh jumlah pengeluaran swasta dan negara. Pendapat ini dinilai para ahli ekonomi dunia sebagai suatu penyimpangan dan tradisi Neo-Klasik dan akhirnya menciptakan mazhab baru, mazhab ekonomi modern yang biasa dikenal dengan sebutan mazbab Keynes.

B. Kritikan Keynes terhadap Teori Klasik
      Teori J.B Say yang menekankan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri, hal ini dikritik oleh Keynes sebagai sesuatu yang keliru.  Dalam kenyataannya biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran dan tidak semua pendapatan masyarakat itu dibelanjakan tapi juga ditabung. Hal ini berarti jumlah konsusmsi lebih kecil dari pendapatan dimana tidak semua produksi diserap masyarakat. Terbukti pada tahun 1929-1930 saat terjadi kelebihan  produksi dalam jumlah besar sedangkan daya beli masyarakat terbatas. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan terpaksa mengurangi produksi dan melakukan rasionalisasi, yaitu mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran dalam jumlah besar dan penurunan pendapatan masyarakat secara drastis. Menurut Keynes, teori Say hanya berlaku untuk perekonomian tertutup sederhana yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja. Namun untuk perekonomian masyarakat maju yang telah mengenal tabungan maka sebagian pendapatan akan ditabung yang berarti arus pengeluaran tidak sama dengan pendapatan.
Pendapat Keynes tersebut dibantah oleh kaum klasik dengan dalih bahwa tabungan tersebut akan dihimpun oleh lembaga keuangan dan akan disalurkan pada investor sehingga tabungan akan selalu sama dengan investasi. Dengan demikian investasi akan menyebabkan keseimbangan kembali terwujud.
      Keynes membantah pandangan klasik tersebut karena motif orang menabung tidak sama dengan motif orang berinvestasi. Pengusaha berinvestasi dengan motif memperoleh keuntungan sedangkan rumah tangga menabung dengan motif beragam salah satunya untuk berjaga-jaga, misalnya untuk menghadapi kecelakaan. Perbedaan motif ini menyebabkan jumlah tabungan tidak sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama itu hanya kebetulan bukannya keharusan.
Keynes juga mengkritik pandangan kaum klasik yang mengatakan full employment akan selalu tercapai. Dalam kenyataannya pasar tenaga kerja tidak selamanya tercapai full employment. Dimanapun para pekerja mempunyai serikat kerja yang selalu memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Yang berarti tidak semua buruh akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang ditawarkan perusahaan.

C. Peran Pemerintah dalam Perekonomian
      Dari hasil pengamatan tentang depresi ekonomi maka Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu peran pemerintah justru diperlukan. Misalnya kalau terjadi pengangguran maka pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya sehingga sebagian pengangguran mendapat pekerjaan yang akhirnya akan menambah pendapatan masyarakat. Dan jika harga-harg naik dengan cepat, maka pemerintah dapat menarik jumlah uang yang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi sehingga inflasi tinggi tidak akan terjadi.
Dari berbagai kebijaksanaan yang diambil, Keynes lebih mengandalkan kebijakan fiskal karena pemerintah dapat mempengaruhi jalannya perekonomian dengan menyuntikkan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek yang mampu menyerap tenaga kerja. Terutama dalam kondisi dimana sumber-sumber daya belum diserap secara penuh, kebijaksanaan ini sangat ampuh untuk meninggkatkan output dan memberantas pengangguran.
      Keynes menganggap campur tangan pemerintah merupakan keharusan terutama disaat perekonomian berjalan tidak sesuai seperti yang diharapkan. Dengan kata lain pemerintah bertanggung jawab sebagai pengendali jalannya perekonomian sehingga dapat berjalan sesuai dengan keinginan.
      Pokok-pokok pikiran Keynes tersebut di atas membawa beberapa pembaruan radikal dalam ilmu ekonomi. Yang pertama, mulai diperhatikannya dimensi global atau agregat (makro) dalam analisis ilmu ekonomi. Dengan demikian ilmu ekonomi telah berkembang menjadi ilmu ekonomi makro. Kedua, dimasukkannya peranan pemerintah dalam analisis ilmu ekonomi telah menimbulkan pentingnya peranan analisis kebijakan (policies analysis). Ketiga, dengan dirasa perlunya analisis kebijakan, maka dirasakan perlunya studi-studi empiric. Dengan demikian terjadi perubahan/penyempurnaan metodologi dalam analisis ekonomi, dari hanya mengandalkan metode deduktif menjadi juga menggunakan metode induktif. Tidak berlebihan jika Keynes dihormati sebagai bapak ilmu ekonomi makro, sekaligus ekonom perintis studi induktif.

NEO-KEYNES DAN PASCA KEYNES

A. Tokoh-tokoh Keynesian

      1. Alvin Harvey Hansen (1887-1975)
            Alvin Hansen adalah pakar ekonomi lulusan Harvard University yang paling setia dan mengagumi karya-karya Keynes. Sebagai ahli ekonomi yang cukup disegani, ia banyak menulis karya ilmiah. Dalam hal ini ada tiga buku Hansen yang paling menonjol. Pertama, Fiscal Policy adn Business Cycle (1941); kedua, Business Cycles and National Income (1951) dan terakhir, A.Guide to Keynes (1953). Buku pertama dan kedua lebih banyak ditujukan untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan fluktuasi ekonomi, apa-apa saja faktor-faktor penyebabnya dan yang lebih penting lagi, bagaimana cara mengantisipasi fluktuasi ekonomi tersebut. Buku Hansen ketiga, A Guide to Keynes sangat berjasa dalam penyebarluasan pemikiran-pemikiran Keynes, yang oleh beberapa kalangan (termasuk kalangan ahli ekonomi sekalipun), terlalu sulit dicerna dari buku aslinya: The General Theory. Dalam buku tersebut Hansen menyusun pemikiran-pemikiran Keynes dalam suatu kerangka analisis yang lebih sistematis dari buku aslinya sendiri. Hansen mengaitkan permasalahan mengenai pendapatan nasional, investasi, & keseimbangan kerja dengan gerak gelombang atau fluktuasi ekonomi.
      2. Simon Kuznets (1901-1985)
            Pada awalnya Kuznets seorang ahli statistik, yang banyak berkecimpung dengan pengumpulan dan analisis data, termasuk didalamnya data ekonomi. Karena banyak mengumpulkan data-data ekonomi kemudian ia menjadi tertarik dengan bidang ekonomi. Karya-karyanya antara lain National Income and Its Composition: 1919-1938 (1941), Economic Change (1953) dan Modern Economic Grouth, Rate, Structure and Spread (1960). Berkatnya pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diwujudkan secara kuantitatif-empiris, dan hubungan antara pendapatan nasional, konsumsi, tabungan, pengangguran, inflasi, dan harga-harga dapat dikaji dan diamati menurut analisis kurun waktu.
      3. John R. Hicks (1904-....)
            Hicks berjasa dalam mengembangkan pemikiran Keynes, salah satunya dengan merangkai teori-teori ekonomi mikro kedalam keranggka teori makro Keynes melalui pendekatan matematika (Value and capital 1937). Selain itu Hicks dan Hunsen juga memperkenalkan analisis IS-LM yang sangat populer dikalangan mahasiswa yang mempelajari ilmu ekonomi makro, yang juga bermanfaat dalam menjelaskan hubungan antar berbagai variable perekonomian. Dalam pembahsannya tentang keseimbangan umum, ia berpijak pada teori-teori ekonomi mikro. Namun satu dan lain halnya dikaji dengan memperhatikan serangkaian unsur dinamika dan juga hubungannya dengan teori ekonomi moneter.
      4. Wassily Leontief (1906-...)
            Leontif adalah pakar ekonomi kelahiran Rusia yang membelot ke Amerika Serikat. Leontif sangat berjasa dalam mengembangkan teori input-output, teori ini dapat diikuti dalam buku-bukunya Studies in the Structure of American Economy; theoretical and Emperical Exploration in Input-Output Analysis (1953), dan The Future of world Economy (1976). Dengan menggunakan analisis ini kegiatan dan keterkaitan antara sektor-sektor ekonomi dalam tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh dapat dilihat. Dan analisis ini biasa diaplikasikan dalam semua sistem–sistem ekonomi secara keseluruhan.
      5. Paul Samuelson (1915-...)
            Samuelson memperoleh pendidikan ekonomi dari Harvard, Samuelson memperoleh gelar Ph.D dalam usia 26 tahun dan pada usia 32 tahun sudah menjabat professor di Massachussetts Institute of Technologi. Dia memperoleh hadiah John Bates Clark (hadiah bagi pakar ekonomi muda dibawah 40 tahun). Memperlihatkan bagaimana perdagangan luar negeri dimasukkan dalam kerangka umum teori ekonomi makro. Atas jasanya banyak negara yang lebih terdorong untuk lebih membuka pasarnya terhadap perekonomian internasional. Mem-perlihatkan bagaimana hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini saling memperkuat antara faktor pengganda (multiplier) dengan accelerator dapat dijelaskan secara sederhana. Permintaan efektif masyarakat dipengaruhi oleh autonomous investment (investasi yang besarnya ditentukan oleh perekonomian itu sendiri). Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi berlipat ganda karena adanya multiplier, besarnya angka pengganda atau multiplier ini sangat ditentukan oleh kecenderungan mengonsumsi (propensity to consume) masyarakat. Makin besar kecenderungan mengkonsumsi, makin besar angka pengganda, makin besar pula dampak investasi terhadap perekonomian. Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi jauh lebih besar karena adanya akselerator. Prinsip akselerator secara sederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam jumlah investasi. Perubahan dalam investasi menyebabkan bertambahnya pendapatan nasional melalui proses akselerasi, yang bersifat kumulatif. Interaksi antara multiplier & akselerator berdampak terhadap pendapatan nasional menjadi semakin berlipat ganda.

B. Teori Gelombang Perusahaan (Business Cycle)
       Pada masa lalu masalah gelombang perusahaan hanya dibahas selintas, dan fluktuasi ekonomi ini hanya dibahas segelintir saja karena melekatnya pendapat masyarakat pada paham klasik yang mengatakan bahwa perekonomian akan selalu menuju pada suatu keseimbangan dan tidak akan terjadi guncangan-guncangan.
      Pakar-pakar yang agak intensif membahas teori fluktuasi, termasuk pakar yang cenderung anti dengan pandangan klasik. Pakar itu antara lain Sismondi, Marx, Veblen. Kontribusi Marx yang paling penting bagi pemahaman kita tentang siklus ekonomi yaitu terdapat pada dua prinsip. Pertama , fluktuasi ekonomi melekat dalam sistem kapitalis, sebab fluktuasi terjadi karena kekuatan-kekuatan yang ada dalam sistem ekonomi. Kedua , penyebab utama siklus ekonomi ditemukan dalam kekuata-kekuatan dalam menentukan investasi. Pembahasan tentang teori fluktuasi ekonomi mendapatkan perhatian lebih serius pada era sesudah Keynes karena mereka memerlukan teori-teori yang mampu menjelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan perekonomian menjauh dari posisi keseimbangan sehingga tidak stabil.  Penyebab fluktuasi sangat banyak. Menurut kaum neo-keynesian, fluktuasi terjadi karena terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi. Selain itu fluktuasi juga terjadi karena tidak hanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan kerja penuh.
      Bagi kaum  neo keynesian ada dua penyebab utama fluktuasi, pertama, perubahan pada tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi. Kedua, tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan kesempatan kerja.

C. Teori Pertumbuhan Pembangunan
      Pakar yang lebih serius mengembangkan teori pertumbuhan adalah Schumpeter yang telah meletakkan dasar pengembangan teori pertumbuhan ekonomi dalam tulisanya The Theory of Economic Development. Bagi Schupmpeter, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah enterprenuer. Enterprenuer bukan hanya seorang pengusaha , mmelainkan seorang yang mau menerima risiko dan mengintrodusiasi prooduk-produk dan teknologi baru bagi masyarakat. (Delianorv : 2007)
Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan masyarakat yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru. Menurut Schumpeter, depresi tahun 30-an bukan karena kelemahan sistem kapitalis, tapi justru karena kekuatannya. Pada saat itu perkonomian berada dalam salah satu titik terendah dalam dalam satu gelombang panjang, dan jika saat itu ditemukan inovasi dan tekhnologi baru, perekonomian akan baik kembali. (Delianorv : 2007)
Dalam buku The Stage of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto (1960), Walt Withman Rostow (1916-…) menyatakan bahwa Negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap sbb:
1. Tahap tradisional statis. Tahap ini dicirikan oleh keadaan IPTEK yg masih sangat rendah & belum begitu berpengaruh terhadap kehidupan. Perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik juga masih bersifat kaku.
2. Tahap Transisi (pra take-off).Pada tahap ini Iptek mulai berkembang, produktivitas semakin meningkat & industri semakin berkembang. Tenaga kerja beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, & struktur sosial-politik semakin membaik.
3. Tahap lepas landas.Tahap ini dicirikan oleh keadaan suatu hambatan-hambatan sosial politik yang umumnya dapat diatasi, tingkat kebudayaan & IPTEK semakin maju, investasi & pertumbuhan tetap tinggi, & mulai terjadi ekspansi perdagangan ke luar negeri.
4. Tahap dewasa (maturing stage). dalam tahap ini masyarakat semakin dewasa, dapat menggunakan Iptek sepenuhnya, terjadi perubahan komposisi angkatan kerja, di mana jumlah tenaga kerja yang skilled lebih banyak dari yang aunskilled, serikat-serikat dagang & gerakan-gerakan buruh semakin maju & berperan, pendapatan perkapita tinggi.
5. Tahap konsumsi massa (massa consumption).Tahap raini merupakan tahap terakhir. Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan dirasakan aman tentram, laju pertumbuhan penduduk semakin rendah. Proses yang dijelaskan Rostow ini hanya bias berlangsung jika dipenuhi oleh kondisi dimana pemerintahan yang stabil; adanya perbaikan dalam tingkat pendidikan; adanya sekelompok innovator dan wiraswastawan yang mampu memanfaatkan tabungan masyarakat dan mengembangkan perdagangan.

D. Kebijaksanaan Fiskal VS Moneter
      Keynes telah berusaha menemukan struktur teoritis yang dapat digunakan untuk Memformulasikan kebijaksanaan kebijaksanaan ekonomi makro untuk  menstabilkan perekonomian. Pada periode neo- Keynesian maupun  pasca – Keynesian usaha-usaha tersebut tetap dilanjutkan. Salah satu isu yang selalu diperdebatkan para pakar antara tahun 50-an  dan 60-an  ialah:  mana yang lebih efektif, kebijaksanaan fiscal atau kebijaksaan moneter. Beberapa pakar, dipimpin oleh Keynes dan diikuti oleh para pendukungnya menganggap  kebijaksanaan moneter yang dilakukan dengan memanipulasi jumlah uang beredar tidak efektif dalam usaha menstabilkan perekonomian. Sebaliknya, mereka  percaya bahwa kebijaksanaan yang  lebih ampuh dalam menstabilkan ekonomi adalah kebijaksanaan Fiskal. Misalnya, dalam menghadapi fluktuasi ekonomi kaum neo-keynesian percaya banyak factor yang menyebabpkan terjadinya fluktuasi tersebut kelompok Neo-keynesian setuju dengan kaum Monetaris yang mengatakan bahwa ada kaitan erat dengan level aktivitas ekonomi dengan perubahan Moneter. Kaum monetaris percaya perubahan moneter yang mempengaruhi perubahan-perubahan dalam pendapatan nasional sebaliknya kaum Neo-Keynesian  percaya bahwa perubahan dalam factor-faktor yang menentukan pendapatan nasional menyebabpkan terjadinya perubahan Moneter. Kelompok Non- Keynesian  lebih suka menggunakan kebijaksanaan pendapatan (Income Policies),  baik dalam bentuk Invervensi langsung maupun tidak langsung dalam mengontrol tingkat-tingkat harga dan upah insentif pajak.

Sabtu, 09 Maret 2019

ALIRAN SEJARAH (HISTORIS) DAN ALIRAN INSTITUSIONAL

ALIRAN SEJARAH (HISTORIS)
 
      Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan  pada perspektif sejarah. Pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari aliran utama (mainstream) yang berawal dari kaum klasik.

A. Serangan terhadap Metode Klasik
      Dalam pandangan kaum klasik, perekonomian diserahkan pada kekuatan pasar. Setiap orang dibebaskan berbuat demi kepentingan masing-masing. Pada akhirnya melalui invisible hand, akan tercipta suatu harmoni secara keseluruhan. Pemikiran seperti ini dikecam oleh pakar-pakar sejarah, sebab dinilai terlalu mekanitis. Mereka menghendaki agar hal ini diganti dengan dasar pemikir yang lebih etis.
      Pemikir-pemikir sejarah dengan gencar menyerang metode pendekatan deduktif yang digunakan kaum klasik. Menurut kaum sejarah metode deduksi ini sering tidak sesuai dengan realita. Oleh karena itu, metode tersebut dapat membawa kepada kekeliruan. Pemikir sejarah menawarkan metode induktif-historis untuk mengatasi kelemahan teori deduksi. Dengan metode ini, mereka mengumpulkan kenyataan-kenyataan ekonomi dari sejarah. Dari data yang dikumpulkan ini kemudian diambil kesimpulan umum.

B. Tokoh-tokoh Aliran Sejarah
   1. Friedrich List (1789-1846)
      MenurutList, sistem perdagangan bebas yang dianjurkan kaum klasik jelas tidak cocok untuk keadaan di Jerman pada waktu itu, yang keadaan industrialisasinya sedikit tertinggal.Untuk memajukan perekonomian Jerman, List menyarankan agar pemerintah menyusun berbagai kegiatan ekonomi sebagai  bagian dari kegiatan produktif dan kemampuan nasional. Dua sektor utamayang sangat menentukan perekonomian nasional adalahsektor  pertanian dan industri.
   2. Bruno Hildebrand (1812-1878)
      Dalam melakukan penelitian-penelitian ekonomi, Hildebrand menekankan perlunya
mempelajari sejarah.
Menurut Hildebrand, dilihat dari cara tiap kelompok masyarakat dalam melakukan tukar-menukar dan berdagang, kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat dibedakan atas tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
a. tukar-menukar secara in-natura atau barter,
b. tukar-menukar dengan perantaraan uang,
c. tukar-menukar dengan menggunakan kredit.
   3. Gustav von Schmoler (1839-1917)
      Schmoler berpendapat bahwa perlunya kelenturan dalam perekonomian dan memberi ruang pada pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Pandangan Schmoler sedikit berbeda dengan pandangan tokoh-tokoh sejarah lainnya. Jika tokoh-tokoh aliran sejarah yang lainnya
menghendaki agar kebijaksanaan juga menyangkut politik sosial. Lebih jauh lagi, kebijaksanaan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum buruh dengan diberlakunya undang-undang untuk melindungi kaum buruh dari penindasan kaum pengusaha.
   4. Werner Sombart (1863-1941)
      Dari hasil penelitiannya Sombart
mengatakan bahwa pertumbuhan masyarakat kapitalis dapat dibedakan atas beberapa
tingkatan yaitu:
a. Tingkat pra-Kapitalisme
    Kkehidupan ekonomi masih bersifat komunal; struktur sosial masih berat ke pertanian; kebutuhan manusia masih kurang / rendah; uang belum dikenal.
b. Tingkat Kapitalisme Menengah
     Bersifat komunal tetapi telah memperlihatkan ciri-ciri individualistis; struktur pertanian-industri mulai berkembang; masyarakat sudah mengenal uang; motif laba maksimum mulai tampak.
c. Tingkat Kapitalisme Tinggi
    Ciri masyarakat komunal mulai hilang; paham individualisme mulai menonjol; struktur ekonomi semakin berat ke industri dan perkotaan; peran uang semkain menonjol; motif laba maksimum makin kelihatan.
d. Tingkat Kapitalisme Akhir
    Sikap individualisme yang sangat tinggi; industri meluas ke padat modal; mulai dikenal uang giral; motif laba maksimum sangat tinggi.
   5. Max Weber (1864-1920)
     Max Weber adalah ahli sosiologi yang mana ilmu ekonomi dan sejarah ekonomi juga dimasukkan sebagai bagaian dari ilmu sosiologi. Dalam bukunya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism
(1985). Ia melihat pengaruh ajaran-ajaran agama tertentu terhadap kemajuan ekonomi, dalam buku tersebut bahwa ada pengaruh nyata agama protestan terhadap perilaku dan kemajuan ekonomi.
    6. Henry Charles Carey (1793-1879)
      Dalam salah satu karyanya: Principles of Social Science, Carey menekankan perlunya diversifikasi industri untuk menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas. Bagi Carey, hanya bangsa petani bodoh yang secara berkelanjutan mengekspor barang-barang mentah, dan menerima imbal-tukar produk-produk lain dalam jumlah sedikit.

ALIRAN INSTITUSIONAL

A. Thorstein Bunde Veblen (1857-929)
      Veblen adalah anak seorang petani miskin yang melakukan imigrasi dari Norwegia ke  Amerika. Dalam keluarga petani miskin ini, agaknya latar belakang kehidupan yang serba kekurangan inilah yang menjadi pangkal tolak mengapa dalam kehidupannya ia sering bersikap getir, skeptis, dan bahkan ada yang menilainya sebagai seorang fasis. Gelar yang diberikan pada Veblen sangat banyak. Gelar lain yang diberikan pada Veblen adalah iconoclast, yaitu orang yang suka menyerang dan ingin menjatuhkan ide-ide atau gagasan orang-orang atau institusi tradisional yang diterima secara umum.

B. Motivasi Konsumen
      Dalam The Theory of Leisure Class Veblen menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan dorongan dan pola prilaku konsumsi masyarakat. Menurut Veblen, dulu perilaku orang terikat dengan masyarakat sekeliling, dan orang dalam tingkah lakunya orang berusaha ikut menyumbang terhadap perkembangan masyarakat. Orang berusaha menghindari perbuatan yang merugikan orang banyak. Tetapi apa yang dilihatnya sekarang dalam masyarakat kapitalis ialah orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri saja, dan tidak tertarik dengan kepentingan masyarakat banyak. Yang diperhatikan oleh masyarakat sekarang hanyalah uang.

C. Prilaku Pengusaha
     Dahulu para pengusaha Amerika pada umumnya menghasilkan barang-barang dan  jasa untuk memperoleh keuntungan melalui kerja keras. Investasi masuk ke dalam apa yang di maksud dengan production for use. Tetapi, pada masa sekarang laba dan keuntungan sebagian tidak di peroleh melalui kerja keras, tetapi dengan trik-trik bisnis.Vablen melihat pada masa sekarang banyak pengusaha yang memperoleh keuntungan dari berbagai macam cara tanpa mempedulikan nasib orang lain. Vablen melihat dalam masyarakat amerika yang tumbuh begitu pesat telah melahirkan suatu golongan yang disebut obsentee ownership, yang mana golongan ini memiliki modal besar dan menguasai sejumlah perusahaan, tetapi tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan operasional perusahaan.

D. Tokoh-tokoh Institusional Lainnya
      Wesley Mitchel, ia berjasa dalam me-ngembangkan metode-metode kuantitatif dan menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonomi. Salah satu karyanya yang sudah menjadi klasik adalah : Business Cycles and Their Causes.
      Gunnar Myrdal, Myrdal berpesan pada ahli-ahli ekonomi agar ikut membuat value judgement. Jika itu tidak dilakukan struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi akan menjadi tidak realistis.
      Joseph Schumpeter, Ia mengatakan bahwa sumber kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan.
      Douglas North, mekanisme pasar bukan hanya satu-satunya penggerak roda ekonomi melainkan juga peran penting institusi.

Sabtu, 02 Maret 2019

MAZHAB NEO-KLASIK

      Analisis yang dibuat Marx untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori nilai kerja dan tingkat upah, oleh para pakar Neo-Klasik teori-teori tersebut dipelajari kembali secara mendalam.Dari sekian banyak pakar-pakar Neo-Klasik, paling kurang ada empat orang yang melakukan penelitian tentang hal yang sama, yaitu W. Stanley Jevons (1835-1882), Leon Walras (1837-1910), Carl Menger (1840-1921) dan Alfred Marshall (1842-1924). Stanley Jevons dari University of Manchester (Inggris) menulis Theory of Political Economi tahun 1871. Karl Menger dari Austria menulis: principles of Economics in Germany pada tahun yang sama. Leon Walras dari sekolah Lausanne (Swiss) menulis : Elements of Pure Economics pada tahun 1874. Alfred Marshall dari Cambridge University (Inggris) sebetulnya sudah menulis Principles of  Economics pada awal tahun 1870-an. Akan tetapi, ia termasuk orang yang sangat hati-hati dalam memberikan pendapat baru, sehingga buku tersebut baru diterbitkan dua puluh tahun kemudian, yaitu tahun 1891.
      Walaupun mereka melakukan penelitian secara terpisah, dari hasil penelitian masing-masing mereka mengemukakan hal yang sama. Di samping kesimpulang yang dihasilkan pun sama, bahwa secara teori nilai lebih ( surplus value ) Marx tidak mampu menyepakati bahwa teori marx tersebut tidak memberikan sumbangan apa pun dalam perkembangan teori ekonomi.

A. Pendekatan Marjinal
     Analisis marjinal pada intinya merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga di pasar. Sejak terjadinya marginal revolution tersebut, pembahasan ekonomi semakin bersifat makro.
      Konsep marjinal ini sering diakui sebagai kontribusi utama dari aliran atau mazhab Austria. Akan tetapi, jika ditelusuri ke belakang ternyata teori ini telah cukup lama dikembangkan oleh  pengarang terdahulu, tepatnya oleh Heindrich Gossen. Heinrich Gossen (1810-1858) telah lama menggunakan konsep marjinal dalam menjelaskan kepuasan atau faidah (utility) daripengkonsumsian sejenis barang. Menurut Gossen, faidah tambahan (marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak. Pernyataannya ini kemudian dijadikan semacam dalil, dan lebih dikenal sebagai “hukum Gossen Pertama”. Dalam “Hukum Goseen Kedua” ia menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas secara relatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tak terbatas. Karya Gossen ini baru diberi pengakuan 40 tahun setelah massanya.

B. Mazhab Austria
      Para pendukung dan pemakai konsep marjinal kebanyakan berasal dari Universitas Wina (Austria). Pandangan mereka mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka dalam berbagai buku agar dimasukkan ke dalam aliran tersendiri yang disebut mazhab Austria(Austrian Scholl of  Economics). Tiga tokoh utama mazhab Austria tersebut adalah Carl menger, Freidrich von Wieser, dan Eugen von Bohm Bawerk.
      Karl Menger (1840-1921) menjabat sebagai profesor ekonomi di Universitas Wina dari tahun 1873 hingga 1903. Karya utamanya adalah Grunsatze der Volks Wirtschaftslehre (1871). Dalam buku tersebut Menger mengembangkan teori utilitas marjinal yang ternyata membawa pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan teori-teori ekonomi. Pada tahun 1903 kedudukan Menger di Universitas Wina digantikan oleh Friedrich von Wieser (1851-1920). Wieser dipandang sangat berjasa dalam mengembangkan teori utilitas marjinal Menger, dengan menambahkan formulasi biaya-biaya oportunitas (opportunity cost). Kedudukan Wieser kemudian digantikan kemudian digantikan pulo oleh Eugen von Bohm Bawerk (1851-1914). Kontribusi utama Bohm Bawerk adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of capital) dan teori tentang tingkat suku bunga. Hal ini dapat diikuti dari bukunya Capital and Interest  (1884). Karyanya yang lain juga menyangkut masalah model adalah Positive Theory of Capital (1889). Teori-teori yang dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh lain seperti Knut Wicksell, von Mises, F.A. hayek dan J.R. Hicks.
      Knut Wicksell (1851-1926) mendapat pendidikan di Uppsala University (Swedia). Ia berjasa mengasimilasikan analisi keseimbangan umum Walras dengan teori kapital dan suku bunga Bohm Bawerk menjadi teori distribusi. Asimilasi kedua teori itu didasarkan pada analisis marjinal versi baru dikembangkan oleh Jevons, Walras,dan Menger. Pengaruh Wicksell terhadap pengembangan teori moneter juga sangat besar sebab ia yang pertama melihat hubungan langsng antara tingkat suku bunga dengan harga-harga. Sesuatu yang dianggap bertentangan waktu itu.
      Ludwig Edler Von Mises (1881-1973) menjabat sebagai profesor ekonomi di Universitas Wina tahan 1913. Menurut Von Mises sistem harga merupakan basis paling efisien dalam mengalokasikan sumber daya. Sehubungan dengan pendapatnya tersebut tidak mengherankan jika ia sering megkritik sistem perekonomian komando. Hal itu karena sistem komamdo tidak mempunyai sistem harga. Mises berpendapat bahwa sistem ekonomi komando tidak akan dapat melembagakan sisitem harga tanpa terlebih dahulu menghancurkan prinsip politik.
Mises juga menagplikasikan teori kepuasan marjinal untuk mengembangkan teori baru tentang uang. Ia memaparkan bahwa kepuasan (utility) dapat diukur secara ordinal, tetapi tidak secara cardinal. Teori-teori lain yang dikembangkan oleh Von Mises adalah teori paritas daya beli (purchasing power parity) dan teori trade cycle.
     F.A. Hayek (1899-…) menjadi direktur lembaga penelitian ekonomi di Universitas Wina dari 1927-1931. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai dosen tamu di University of  Chicago (1950-1962). Ia dianggap sangat berjasa dalam mengembangkan teorisiklus perdagangan (theory of trade cycle) dari von mises, yang diintegrasikannya dengan teori capital dari Bohm Bawerk. Atas jasa-jasanya dalam mengembangkan ilmu ekonomi, hayek menerima hadiah nobel tatun 1974 bersama-sama dengan Gunnar Myrdal.

C. Mazhab Lausanne
      Analisis yang lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum adalah pemikiran Leon Walras. Walras dapat dianggap sebagai pendiri aliran atau mazhab Lausanne. Karyanya Elements of pure economic (1878) dianggap sebagai suatu mahakarya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya tersebut Walras menjelaskan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.
      Konsep dan model keseimbangan umum yang sudah dikembangkan Walras ini tidak diperhatikan oleh para pakar ekonomi di zamannya. Atas jasa Alfred Marshall, yang sangat menghargai konsep matematika Walras menyebabkan pemikiran-pemikiran Walras kemudian dihargai orang dengan sepantasnya. Ia kemudian dianggap sebagai pendiri dan pengembang ilmu ekonomi matematika, yang kira-kira 60 tahun kemudian dikembangkan oleh Friscch dan Tinbergen menjadi ilmu ekonometrika. Wassily Leontief kemudian mengembangkan konsep analisis input-output atas dasar matematika yang dikembangkan Walras.

D. Mazhab Cambridge
     Alfred Marshall dianggap sebagai pelopor aliran atau mazhab Cambridge di Inggris.  Pada tahun 1868 Marshall diangkat sebagai tenaga pengajar dalam bidang moral di Cambridge dan pada saat yang sama ia mulai mempelajari ilmu ekonomi. Dari beberapa buku yang pernah ia tulis, buku yang dianggap paling berpengaruh adalah Principles of Economics.
      Marshall dianggap sangat berjasa dalam memperbarui asas dan pos-tulat pandangan-pandangan ekonomi yang dikemukakan pakar klasik dan pakar neo-klasik sebelumnya. Menurut kaum klasik, harga barang ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan demkian bagi kaum klasik yang menentukan harga adalah sisi penawaran. Pendapat klasik tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh neo-klasik seperti : Jevons, Menger dan Walras. Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalh kndisi permintaan, karena mereka telah mengembagkan analisis yang sifatnya revolusioner tentang faktor-faktor yang menentukan harga-harga relatif. Ketiga tokoh tersebut tidak setuju dengan teori nilai biaya produksi (cost of production theory of value) dari kaum klasik, sebab teori ini dinilai tidak berlaku secara umum mereka secara tegas juga mengkritik teori nilai upah buruh atau (labor theory of value) Ricardo serta teori biaya produksi dari Say dan Mill .      Teori biaya produksi yang ditentang itu mengatakan bahwa harga barang ditentukan oleh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu barang.
      Pakar- pakar neo-klasik (Jevons, Menger dan Walras) justru mengkritik pakar-pakar klasik (Adam Smith) yang gagal dalam membedakan antara utilitas total, utilitas marginal dan utilitas rata-rata. Kalum klasik (Adam Smith) mengatakan bahwa nilai suatu intan kurang bermanfaat bagi manusia walaupun memiliki nilai yang sangat tinggi, sedangkan menurut pandangan kaum neo klasik (Jevons, Menger dan Walras) nilai atau harga intan lebih tinggi bukan karena biaya untuk mendapatkannya melainkan karena utilitas marginal yang lebih besar ( utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan terakhir yang besar). Karena itu orang mau menghargai intan yang lebih tinggi. Jadi dapat dilihat bahwasanya kaum klasik melihat harganya dari sisi produsen (dari jumlah pengorbanan yang dikeluarkan) sedangkan kaum marginalitas melihatnya dari sisi konsumen yaitu dari kepuasan marginal pengkonsumsian satu unit terakhir.
      Namun dalam hal ini Marshall tidak menyalahkan kedua konsep diatas melainkan menggabungkannya , menurut beliau selain oleh biaya-biaya, harga juga dipengaruhi oleh unsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun dari pihak produsen.lebih jelas lagi, bagi Marshall harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan dipasar : penawaran dari pihak produsen.
Perbedaan lain antara Marshall dengan kaum klasik ialah dalam pendekatan penelitian. Kaum klasik lebih banyak menggunakan metode induktif, sedangkan Marshall mengkombinasikan metode deduktif dan metode induktif . dalam hal ini, abstraksi digabung dengan realisme yang didukug oleh data statistik agar terhindar dari angan-angan. Banyak yang mengaui bahwa teknik analisis marginal Marshall jauh lebih unggul dibandingkan dengan teknik-teknik analisis yang dilakukan oleh paar-pakar sebelumnya. Sejak itu konsep marginal, yang boleh dikatakan sebagai revolusi dalam ilmu ekonomi, makin banyak digunakan dalam analisis ekonomi.
      Karya-karya Marshall diakui sebagai seorang pakar ekonomi yag sanagt ulung , dan kelebihan lain yang dimiliki oleh Marshall Beliau sangat memperhatikan nasib kaum papa , bagi Beliau ilmu ekonomi adalah sebagai alat dan sarana untuk memperbaiki kesejahteraan umat manusia .ilmu ekonoi sebagai daya untk menemukan kebenaran. Selanjutnya kebenaran tersebut menurut Marshall  haruslah ditujukan pada penyebab dan obat dari kemiskinan dan kememlaratan.
      Pigou adalah murid Mashall yang mengantikannya sebagai ketua jurusan ekonomi politik pada tahun 1908, Pigou adalah orang pertama yang menemukakan konsep Real Balance Effect yang kemudian lebih dikenal dengan dampak Pigou yang merupakan suatu stimulus kesempatan kerja yang disebabkan oleh meningkatnya nilai riil dan kekayaan liquit sebagai konsekwensi dari turunya harga-harga, jika nilai kekayaan riil naik,  yang berdampak pada peningkata pendapatan dan terbukanya kesempatan kerja baru. Pandangan ini merupakan salah satu dasar mengapa kaum klasik dan neoklasik percaya bahwa keseimbangan kesempatan kerja penuhdapat dicapai sebgai hasil penurunan dalam tingkat upah. Karya pigou tentang teori moneter kesempatan kerja dan pendapatan nasional yang mengikuti tradisi klasik telah membawanya pada kontrofersi  dengan keyness (pandanagn keyness akan didiskusikan lebih lanjut pada bab 12) walaupun mereka sering berdebat, Pigou dan keyness beserta Joan Robinson banyak memperbaiki konsep marshall terutama dalam segi permintaan.

E. Persaingan Monopolistis dan Pasar Tidak Sempurna
Pada tahun 1930-an sejumlah pakar ekonomi melakukan revisi terhadap pemikiran-pemikiran neo-klasik, terutama yang menyangkut teori pembentukan harga dan keseimbangan pasar.
Sebelum memasuki abad ke-XX pada umumnya tokoh-tokoh klasik maupun neo-klasik generasi pertama tidak pernah mempersoalkan apakah pasar dalam kenyataan sehari-hari betul-betul mencerminkan pasar persaingan sempurna atau tidak. Hal ini tidak dapat disesalkan sebab pada periode sebelum memasuki abad ke-XX kegiatan produksi pada umumnya bersifat kecil-kecilan.
Dalam situasi seperti ini asumsi pasar persaingan sempurna tidak pernah dipersoalkan. Asumsi-asumsi tersebut misalnya: 1. Terdapat banyak pembeli dan pejual, 2. Barang-barang yang dijual dipasar relatif sama dalam jenis, sifat dan mutu, 3. Tiap perusahaan bebas keluar masuk pasar, 4. Tidak ada pembeli maupun penjual yang mampu mengubah harga yang ditentukan di pasar, 5. Setiap pembeli dan penjual bertindak sebagai penerima harga (price takers), 6. Setiap pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap tentang pasar, 7. Tidak ada perbedaan biaya transpor diantara para penjual.
      Akan tetapi, setelah abad ke-XX Sraffa mengamati bahwa dalam kenyataan asumsi pasar persaingan sempurna yang dianut tokoh-tokh klasik maupun neo-klasik tidak dapat diterima begitu saja. Setiap perusahaan megetahui bahwa kalau seandainya mereka mengubah keputusan output atau penawaran, harga-harga dapat berubah. Hal ini diungkapkan Sraffa dalam artikelnya: the laws of Retuns under Competitive Conditions tahun 1926.
      Kemudian Chamberlin memusatkan perhatiannya pada pasar monopolistik dalam bukunya, The Theory of Monopolistic Competition, 1933. Ia menyebutkan bahwa banyak asumsi yang digunakan dalam pasar persaingan sempurna, terutama dalam produk yang homogen, yang tidak realistis.            Karena tidak mungkin suatu pasar hanya memproduksi satu jenis barang saja (homogen).
      Oleh karena itu, masih menurut Chamberlin, perusahaan-perusahaan pasti berusaha untuk melakukan diferensiasi pada produk-produknya guna mempertahankan perusahaannya supaya bertahan di pasar tersebut. Jika usaha itu (diferensiasi produk) berhasil maka perusahaan itu dapat memengaruhi harga-harga di pasar, dan dia dapat bertindak sebagai penentu harga (price setter), bukan sebagai penerima harga (price taker).
      Dengan demikian, pasar ini sudah tidak sempurna lagi karena ciri utama dalam pasar monopolistik adalah adanya diferensiasi produk dan perusahaan bertindak sebagai price setter bukan sebagai price taker. Juga biasanya harga yang terbentuk dalam pasar monopolistik lebih tinggi daripada harga yang terbentuk dalam pasar sempurna.
      Begitu juga dengan Joan Robinson, yang mempunyai analisis hampir mirip dengan Chamberlin. Namun, Joan Robinson, analisisnya lebih fokus pada pembahasan “pasar persaingan tidak sempurna (Imperfect Competition)”. Menurutnya, tiap perusahaan dalam pasar tidak sempurna memegang posisi monopoli, dimana posisi ini didapatkan dari barang-barang yang dibeli berdasarkan preferensi konsumen (Customer Preference) walaupun ada barang substitusi yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
      Dalam kenyataannya bahwa persaingan dunia pasar tidak sempurna dan membawa pada implikasi yang cukup serius terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam pasar persaingan tidak sempurna efisiensinya, sebagaimana diungkapkan Pareto, tidak bisa dicapai.
Kesimpulannya, pandangan ketiga tokoh ini bagi pengembangan teori ekonomi adalah (bagi mereka) model pasar persaingan sempurna yang dikembangkan oleh kaum klasik dan neo-klasik terdahulu hanya merupakan suatu konstruksi pemikiran yang diharapkan belaka (secara teoritis) yang kenyataannya mempunyai keterbatasan dalam kehidupan sehari-hari.
                     
F. Games Theory dan Informasi Asimetris
      Konsep Games Theory (GT) adalah suatu konsep untuk menjelaskan perilaku ekonomi dalam pasar yang hanya diisi oleh segelintir pelaku ekonomi. Landasan konsep ini sudah diterapkan oleh Cournot pada tahun 1838 dan Bertrand tahun 1883 dengan mengembangkan model aksi-reaksi dalam pasar duopoli. Model ini mulai dikembangkan lebih lanjut oleh Edgeworth pada tahun 1925 dan dikukuhkan sebagai teori melalui karya John von Newmann dna Oscar Morgenstern dalam bukunya yang berjudul The Theory of Games and Economic Behaviour (1944). Kemudian konsep GT disempurnakan lebih lanjut oleh John Nash pada tahun 1950.
      Nash mengembangkan konseo GT untuk menganalisis situasi kepentingan pelaku ekonomi yang tidak berlawanan, yang kemudian muncullah istilah “keseimbangan Nash (Nash Equilibrium)”. Konsep GT Nash ini bekerja atas asumsi informasi yang simetris (tiap pemain memiliki informasi yang sama).
      Dari konsep GT Nash, berkembanglah GT yang beroperasi dalam situasi informasi yang bersifat asimetris (tidak memiliki informasi yang sama terhadap satu hal) oleh John Harsanyi (1967). Kemudian GT dikembangkan lagi oleh Reinhard Selten (dari Universitas Bonn, Jerman) dalam bentuk situasi yang lebih dinamis. Menurut Selten, perubahan tindakan seorang pemain tidak hanya ditentukan oleh kenyataan peluang untuk memperbaiki posisi. Oleh karena itu, menurut Selten, frekuensi permainan akan mempengaruhi strategi permainan bagi setiap orang.
      Konsep John Harsanyi dikembangan lebih lanjut oleh William S. Vickrey dan James A. Mirrless. Dengan konsep ini mereka dapat menyusun agenda bagaimana memenuhi tanggung jawab sosial pada abad XXI melalui insentif dan kebijaksanaan pajak global. Kemudian konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh George Ackerlof, Joseph Stiglitz dan Michael Spence. Mereka berjasa dalam membangun pondasi bagi teori umum tentang pasar dengan  menggunakan informasi asimetris.
George Ackerlof adalah orang pertama yang mengembangkan teori umum tentang pasar dengan informasi asimetris. Dia menjelaskan betapa pentingnya informasi pasar dalam tulisannya yang bertajuk The Market for Lemons. Sedangkan menurut Spence, pihak yang menguasai  informasi bisa memberikan  isyarat kepada orang yang kurang menguasai informasi.

PEMBARUAN TERHADAP MARXISME

A. Latar Belakang
      Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh dari Marx dan Engels sangatlah luar  biasa. Hal ini terlihat dengan munculnya gerakan-gerakan yang menyokong sosialisme dan komunisme. Sistem perekonomian sosialis/komunis bangkit dari suatu respon terhadap era industrialisasi begitu juga dengan system perekonomian liberal/kapitalis. 
      Karya Marx banyak dikagumi dan dibaca orang, namun karena gaya tulisannya yang sangat rumit, banyak hasil tulisannya yang disalah tafsirkan. Oleh pengikut, murid-murid atau pengagumnya, pemikiran-pemikiran Marx-Engels tersebut selalu di perbarauivdan dilakukan modifikasi. Walaupun mengalami perubahan dan perbaikan, sosialisme/komunisme tidak pernah mencapai kejayaan sebagaimana diramalkan Marx.

B. Lenin
      Vladimir Ilich Lenin (1870-1924) adalah Bapak revolusi Rusia. Dua karya tulis Lenin yang sangat penting adalah The Development of Capitalism in Russia (1956) dan Imperialism,the Highest Stage of Capitalism (1933). Lenin tidak sabar menunggu kejatuhan kapitalis seperti yang diramalkan Marx. Daripada menunggu,ia berprinsip lebih baik mendirikan Negara komunis pertama di Rusia. Maksud ini tercapai melalui Revolusi Bolshevik 1917.
  1. Kapitalisme Monopoli dan Imperialisme
      Lenin banyak mempelajari karya-karya Marx. Yang paling diminatinya adalah tentang tahap terakhir kapitalisme, yang disebutnya kapitalisme monopoli (monopoly capitalism). Lenin menguraikan beberapa karakteristik kapitalisme monopoli sebagai berikut:
 a. konsentrasi produksi ditangan industri yang semakin sedikit jumlahnya,  
b. merger (penggabungan) finansial dan kapital industri, sewaktu bank- bank dan lembaga finansial semakin menguasai kontrol atas alokasi sumber-sumber modal,
c. bangkitnya ekspor kapital (dan bukannya komoditas) sebagai bentuk utama pertukaran internasional, 
d. pembagian dunia dalam lingkungan ekonomi yang dipengaruhi dan dikontrol oleh kapitalis monopoli, 
e. pembagian lebih lanjut (sub-divisi) dunia ke dalam lingkungan politik yang dipengaruhi oleh pemerintahan negara-negara kapitalis mapan.
  2. Teori Pembangunan yang Tak Imbang
      Teori ini adalah batu loncatan analisis Lenin tentang lokus (tempat kejadian) revolusi proletariat. Menurut Lenin,hukum tentang pembngunan tak imbang menjamin kompetisi dan konflik global di antara Negara-negara imperialis sewaktu mereka  berebut control atas sumber-sumber dan pasar Negara-negara jajahan. Menurut lenin revolusi  proletariar pertama kali muncul di negara terlemah di antara negara kapitalis yaitu di Rusia,Negara terlemah diantara rantaian Negara kapitalis yang ada. Lenin melancarkan revolusi Bolhesvik tahun 1917 di Rusia, dan berhasil mendirikan negara sosialis/komunis pertama di duina. Di bawah Lenin Rusia berubah menjadi Uni Soviet dan berhasil melakukan pembangunan melalui perencanaan terpusat.

C. Revisionisme
      Revisionisme menganggap bahwa kejatuhan kapitalisme tidak harus melaui revolusi kekerasan seperti yang dilakukan Marx ataupun Lenin. Gerkan revisionis sebetulnya sudah dimulai di Jerman setelah Engels meninggal tahun 1895. Tujuan gerakan revisionis adalah untuk merevisi pemikiran-pemikiran Marx dan Engels yang meramal bahwa kapitalisme akan dijathkan melalui suatu revolusi yang dilancarkan kaum proletar. Tokoh revisionis cukup banyak diantaranya Bernstein, Tugan-Baranovsky, Kautsky dan Luxemburg.
a. Edward Bernstein (1850-1932), Menurutnya revolusi  proletariat tidak diperlukan dan kemungkinan terjadinya sangat kecil. Langkah yang lebih baik adalah melibatkan diri dengan serikat-serikat buruh, sehingga kondisi kaum buruh akan membaik. Dimana dalam jangka panjang masyarakat yang sudah terdidik ini akan memilih sosialisme secara sukarela tanpa melalui  jalan kekerasan.
b. Mikhail Tugan-Baranovsky (1865-1919), Menurutnya, teori Marx tentang kecendrungan penurunan tingkat laba tidak kuat. sekelompok masyarakat tidak akan mendapatkan sosialisme sebagai hadiah buta dari kejatuhan elementer ekonomi begitu saja. Masyarakat tersebut harus bekerja pelan-pelan melalui tahapan-tahapan terencana bagi pengadopsian sosialisme tanpa melalui jalan kekerasan.
c. Karl Kautsky (1854-1938), Pada tahun 1902 ia memformulasikan pandangannya bahwa suatu depresi yang kronis akan mendorong kaum pekerja memilih alternatif sosialisme dan bahwa reformasi sosial tidak akan menghentikan antagonisme kelas-kelas masyarakat.  Namun,pada pertengahan tahun 80-an Kaustky ikut bergabung dengan kaun Revisionis dan ikut merevisi pemikiran-pemikiran Marx.

D. Aliran Kiri Baru (The New Left)
      Secara sederhana aliran Kiri Baru dapat diartikan sebagai kombinasi dari Marxisme-Leninisme ortodoks dengan pemikiran radikal baru. Perhatian terhadap Marxisme muncul lagi setelah diterbitkanya buku Monopoli Capital oleh Paul Baran dan Paul Sweezy tahun 1966. Buku ini sangat memfokuskan perhatian pada aspek monopolistik perusahaan- perusahaan raksasa dalam perekonomian modern. Perusahaan-perusahaan raksasa ini mampu mempertahankan penjualan dengan harga tinggi serta meraih surplus sebesar- besarnya. 
      Analisis ekonomi Baran dan Sweezy ini paralel dengan tulisan-tulisan pakar non-marxis J.K Galbraith yang sering mengecam kebobrokan perusahaan-perusahaan kolomerat di Amerika. C. Wright Mills (1916-1962) adalah ahli sosiologi dari Columbia University. Tahun 1956 ia menulis sebuah buku The Power Elite yang mengungkapkan bahwa negara kapitalis Amerika Serikat semakin dikuasai oleh kelompok elit yang terdiri atas  perusahaan-perusahaan besar dan pemilik modal yang berkolaborasi dengan pemerintah dan pimpinan-pimpinan serikat buruh. Mereka mampu menguasai organisasi-organisasi  birokrasi besar yang mendominasi kehidupan masyarakat Amerika Serikat. Akibatnya  Negara Amerika semakin dikuasai oleh oligarki dari pada demokrasi seperti yang diagungkannya selama ini. Ernest Mandel pada tahun 1968 menulis sebuah buku berjudul Marxist Economic Theory. Buku ini mereview dan membuat penjelasan-penjelasan yang lebih sederhana sehingga teori-teori Marxis mudah dibaca maysrakat awam. Mandel juga membuat analisis bagaimana perekonomian negara-negara barat bisa dialihkan dari kapitalisme ke sosialisme. Kaum radikal,walaupun banyak mengkritik kapitalisme,tidak dengan sendirinya mereka setuju atau mendukung praktik pelaksanaan sosialisme di Uni-Soviet melalui  perencanaan-perencanaan terpusat,bahkan mereka tidak menyetujui metoda  perencanaan terpusat ini. 
1.Setuju dan Tidak Setuju
      Jika diperhatikan, terdapat persamaan dan perbedaan antara kubu Kiri Baru dengan kubu Marxis ortodoks. Kesamaannya adalah kedua kubu setuju bahwa sistem kapitalis tidak harmonis maka sebaiknya ditransformasikan menjadi suatu masyarakat sosialis  baru. Kedua kubu tidak tertarik dengan revolusi sosial dan berbeda pendapat dengan kaum revisionis yang merasa reformasi sosial akan menyingkirkan keingina untuk revolusi. Sedangkan perbedaan yang paling mencolok antara kedua kubu (Aliran kiri baru dengan Marxis Ortodoks) adalah tentang tidak terelaknya sosialisme. Kaum Kiri Baru setuju dengan kaum revisionis bahwa kejatuhan kapitalisme bukan tidak terelakkan. Bahkan mereka menganggap bahwa kejatuhan tersebut tidak perlu harus terjadi. Mereka beranggapan demikian karena kelas pekerja di negara-negara kapitalis sudah terintegrasi ke dalam masyarakat kapitalis dan tidak bisa diharapkan untuk melaksanakan reformasi radikal.
2.Kecaman Terhadap Kapitalisme Kontemporer
      Kaum Kiri Baru membuat kecaman yang mirip kecaman Marx terhadap kapitalisme modern. Yang paling tidak mereka sukai terhadap kapitalisme modern adalah ketidak seimbangan distribusi kekuatan ekonomi dan politik dalam masyarakat kapitalis. Bagi kaum Kiri Baru terdapat hubungan sangat erat antara status ekonomi dengan kekuatan  politik. Jika pendapatn tidak merata distribusinya,kekuatan politik juga tidak merata. Pemikiran-pemikiran kaum kiri baru tentang imperialisme searah dengan pemikiran Leninis bahwa kesejahteraan Negara-negara kaya tergantung atas eksploitasi terhadap  Negara-negara terbelakang. Mereka juga sependapat bahwa kaum buruh di Negara-negara kapitalis semakin dikorup. Perbedaan di antara kedua aliran tersebut adalah,kaum kiri baru percaya bahwa imperialism dilakukan oleh perusahaan- perusahaan multinasional. Sementara itu,kaum Leninis percaya bahwa hal tersebut dilakukan oleh Negara.
 3. Alienasi dan Kualitas Hidup
      Kaum buruh di Negara-negara kapitalis maju lebih makmur. Akan tetapi aliran Kiri Baru juga percaya bahwa para buruh akan tetap beralienasi walau kaum buruh di negara-negara kapitalis maju lebih makmur. Hal ini dikarenakan para buruh dipisahkan dari kontrol atas pekerjaan mereka, dan kontrol tersebut dipegang oleh mereka yang menguasai kapital dan teknologi. Mereka diisolasi dari pengambilan keputusan sehingga kebebasan memilih di pasar tenaga kerja di batasi oleh statifikasi sosial. Jasa tenaga kerja wanita,juga kaum minoritas dihargai lebih rendah. Walaupun kecaman kaun kiri baru terhadap kapitalisme cukup banyak,akan tetapi mereka tidak member semacam acuan yang jelas tentang suatu masyarakat ideal.

Sabtu, 23 Februari 2019

SOSIALISME SEBELUM MARX DAN SOSIALISME MARX

SOSIALISME SEBELUM MARX

A. Pengertian Sosialisme dan Komunisme
      Menurut Mill sosialisme adalah kegiatan menolong orang-orang yang tak beruntung dan tertindas. Secara luas, sosialisme diartikan sebagai bentuk perekonomian yang pemerintahannya  paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh seluruh warga masyarakat untuk mengelola perekonomian, termasuk kewenangan untuk menguasai unit produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan menghilangkan kepemilikan oleh swasta (Brinton, 1981). Brinton juga mengatakan bahwa, sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada swasta.
      Istilah "komunisme" pertama kalimuncul sejak Revolusi Bolhesvik tahun 1917. Menurut Brinton (1981), pada komunisme, peralihan kepemilikan dari swasta ke tangan pemerintah digambarkan terjadi secara cepat dan "revolusioner", dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi.

B. Sosialisme Utopis
      Sosialisme Utopis atau Sosialisme Utopia adalah sebuah istilah untuk mendefinisikan awal mula pemikiran sosialisme modern. Tokoh sosialis-utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas More (1478-1535). Istilah "sosialis-utopis" diberikan karena More pernah menulis tentang sebuah "negara impian " dalam sebuah tulisannya yang sangat terkenal yaitu "Utopia". Dalam buku tersebut More menjelaskan bahwa di sebuah pulau khayal semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama. Makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama pula. Cukup banyak juga tulisan-tulisan yang hampir senada dengan karya utopia More, yaitu diantaranya, Tomasso Campanella (1568-!639) dengan karangannya yaitu Civitas solis, dan Harrington dengan bukunya yang berjudul New Atlantic. 

C. Sosialisme Komunitas Bersama
      Pada awalnya sosialisme hanya merupakan suatu utopis dimana berada dalam angan8angan manusia. Akan tetapi dilain pihak ada tokoh sosialis yang merealisasi cita-cita mereka dalam kenyataan. diantaranya adalah Robert Owen, Charles Courier  dan Louis Blanc. Robert owen adalah seorang pengusaha yang kaya. Penderitaan yang pahit membuatnya berpikir bagaimana menciptakan suatu komunitas yang ideal, dimana kesejahteraan masyarakat sangat diperhatikan. Untuk itu Owen membangun pabrik sebagai model untuk perbaikan kesejahteraan para pekerja, yang disebut parallelogram. Ide Owen tentang sosialis dapat dilihat dari bukunya "The new View of Society". Ia juga menuntut adanya partisipasi pemerintah. Sama seperti Owen, Courier dan Blanc juga berhasil merealisasikan pemikirannya dengan membentuk suatu daerah ideal yang berdasar atas pemikiran sosialisme untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

A. Kecaman Marx terhadap Sistem Kapitalis
      Marx merupakan seorang tokoh yang sangat membenci sistem perekonoman liberal. Marx mengatakan bahwa sistem ini hanya akan menguntungkan kaum pemilik modal, dan malah akan menyengsarakan kaum proletar. Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi kapital tangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi, pembangunan dalam sistem  kapitalis sangat bias terhadapa peilik modal. Marx juaga beranggapan bahwa, sistem kapitalis ini mewarisi daya selg destruction  yaitu suatu daya yang akan membawa kehancuran bagi sistem ekonomi liberal itu sendiri.

B. Teori Pertentangan Kelas
      Dalam buku Manifesto komunis Marx berpendapat bahwa kaum proletar yang  terdiri dari para buruh  akan bangkit melawan kewenang-wenangan kaum pemilik modal.

C. Teori "Surplus Value" dan Penindasan Buruh
      Surplus Value yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yang telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja. Ketika Marx hidup waktu Di Eropa sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini Marx melakukan kritik atas ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi. Menurut marx penggunaan mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan produktif dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu juga menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin teralienasi. Semakin kecil upah alami yang dibayarkan pada kaum buruh, semakin besar nilai surplus yang dinikmati pemilik modal. Berarti semakin besar pengisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh. Hal ini ditulis Marx dalam Das Kapital.

D. Perbedaan Sosialisme dan Komunisme menurut Marx
Perbedaan diantara kedua fase tersebut dapat dilihat dari :
1.
Produktivitas Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup. Dalam fase komunisme penuh, produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup.
2.
Hakikat manusia sebagai produsen Dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja sebagai hakikat dan masih mementingkan insentif materi untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh, kerja sudah menjadi hakikat. Manusia bekerja dgn penuh kegembiraan, sukacita. Semua pekerjaan dilakukan dgn sukarela, dgn efisien, tanpa terlalu mengharapkan insentif langsung seperti upah, yg hanya merupakan produk sampingan dari kerja.
3.
Pembagian pendapatan. Dalam fase sosialisme berlaku prinsip, from each according to his ability, to each according to his labor. Dalam fase komunisme penuh prinsipnya, from each according to his ability, to each according to his needs.